Musionline.co.id – Jika membicarakan motor cruiser seketika akan terbayang dengan yang namanya Harley Davidson. Nah, mungkin ada yang belum tahu dengan keberadaan motor cruiser racikan Honda bernama Phantom di tahun 2000an.
Jika dilihat dari desainnya, Honda Phantom lebih mengarah ke American Cruiser. Terlihat dari desainnya yang kekar, jok yang rendah, dan setang yang tinggi.
Ada sesuatu tak lazim bila dibandingkan motor lain, penggunaan ban berukuran 130/90 dengan ring sebesar 15 inch. Nah ketidak laziman ini, bisa-bisa bikin pemiliknya jungkir balik karena rempot nyarinya. Lihat pelek bagian belakang, tidak ada palangnya alias monoblok.
Tapi tenang saja, sekarang kebutuhan part Honda Phantom TA200 disediakan komunitas motor tersebut bernama Asosiasi Honda Phantom Indonesia (AHPI) beranggotakan seluruh pemilik Phantom di Indonesia dan sekarang berpusat di Jakarta.
Secara performa, Honda Phantom tidak jauh berbeda dengan Honda Tiger sebab memiliki basis mesin yang hampir mirip yaitu 200cc berpendingin udara. Namun secara fisik bedanya di crankcase.
Salah satu alasan Honda Phantom jarang sekali terlihat di jalanan, statusnya yang Completely Build Up (CBU). Apalagi ketika itu, harganya bisa dua kali lipat dari motor yang bermesin 200cc yaitu Honda Tiger.
Nah…bisa juga faktor namanya yang disematkan yaitu Phantom berarti “bayangan yang melintas sekelebat atau hantu”, jadinya memang sulit untuk dilihat, xixixixi…
Contohnya motor yang dimiliki Didie (46), warga Kota Palembang. Menurutnya, sejak memiliki motor jenis Honda Phantom TA200 tahun 2002, sulit mencari teman yang memiliki kendaraan yang sama mengaspal di jalanan kota.
Ada yang lucu, namun berkesan dan mengikat persaudaraan hingga sekarang. Ketika itu, sekitar 15 tahun lalu Didie mengendarai Honda Phantomnya melintasi jalanan kota Palembang tepatnya diatas jembatan Ampera.
Saat itu, dari arah belakang kendaraanya dikejar dan dibarengi oleh seorang pria yang belum dikenalnya. Wow…ternyata motor yang dikendarai pria disampingnya, sama persis dengan motor Honda Phantom TA200 miliknya.
Sempat berbincang sembari mengendarai motor masing-masing, kemudian menepi untuk berkenalan. Yah…persahabatan dari susahnya mencari motor yang sama di Kota Palembang. Itulah, awal Didie mendapatkan teman penghobi motor yang sama hingga sekarang.
Kini, untuk di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) sendiri. Didie menemukan sekitar lima orang pemilik motor Honda Phantom TA200 dan menjalin persahabatan. Mereka pun bergabung kedalam Asosiasi Honda Phantom Indonesia (AHPI). Untuk di Kota Palembang sendiri, ditemukan dua orang pemilik Honda Phantom, kemudian dua orang lainnya di Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) dan seorang lagi di Kabupaten Muaraenim.
Sebenarnya, dari informasi yang diperoleh, masih ada beberapa orang pemilik Honda Phantom di Sumsel. Namun, kebanyakan jarang atau tidak sama sekali dibawa mengaspal di jalanan. Mungkin hanya menjadi koleksi dan dipajang di garasi rumah sebagai barang antik.
“Padahal jika tahu, perawatan motor Honda Phantom ini sangat mudah dan tidak terlalu mahal. Untuk sparepartnya masih banyak, jadi jangan takut untuk digunakan mengaspal walaupun hanya sekali dalam sepekan,” ungkap Didie.
Honda Phantom TA200 sendiri adalah motor silinder tunggal retro cruiser buatan Thailand, jika di Australia dikenal sebagai TA Shadow. Masuk ke pasar Indonesia dengan edisi terbatas sekitar tahun 2000 dan berhenti diproduksi pada Maret 2010 atau bisa dikatakan Honda Phantom TA200 diproduksi terakhir pada Tahun 2010. Inilah yang membuat Honda Phantom TA200, sekarang diburu pencinta motor. Harganya pun bisa mencapai harga baru ketika tahun motornya diproduksi.
Mesin Honda Phantom TA200 adalah mesin 4 tak, 196,9 cc, berpendingin udara, SOHC 2 katup dengan rasio kompresi 9,0:1. Sementara sistem pengapian CDI dengan enam percepatan. Kapasitas tanki bahan bakar mencapai 9,68 liter dengan cadangan 2 liter. Sedangkan ukuran ban depan 90/90-17 M dan belakang 130/90-15 M.
Memang motor ini sedikit lawas, namun perawatannya mudah. Makanya, motor ini bisa bertahan di tangan Didie sejak tahun 2002 hingga sekarang. Menurutnya, walaupun sedikit lawas namun tetap asoy (asyik coy). (***)