Musi Online https://musionline.co.id 30 April 2025 @21:12 14 x dibaca 
Sumur bor milik warga di Desa Mengulak Kecamatan Madang Suku I Kabupaten OKU Timur yang menyemburkan gas metana bercampur api, Rabu (30/04/2025).
Musionline.co.id, OKU Timur – Warga Desa Mengulak, Kecamatan Madang Suku I, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan, dikejutkan oleh fenomena alam yang tidak biasa.
Sebuah sumur bor milik warga tiba-tiba menyemburkan lumpur bercampur gas metana yang kemudian menyala menjadi api pada Rabu pagi (30/04/2025).
Peristiwa ini sempat membuat panik masyarakat sekitar, terlebih karena semburan itu disertai percikan api yang menjulang setinggi lebih dari satu meter.
Sejumlah warga yang berada di lokasi kejadian bahkan langsung merekam momen langka tersebut dan menyebarkannya melalui media sosial.
Dalam video yang beredar luas, tampak jelas semburan dari dalam sumur disertai kobaran api dan lumpur hitam pekat.
Fenomena tersebut mengundang perhatian masyarakat luas dan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) OKU Timur.
Plh. Kepala BPBD OKU Timur, Drs. Dwi Supriyanto, M.M, melalui Kepala Bidang Kedaruratan Budi Widianto, langsung merespons cepat dengan menyatakan bahwa pihaknya akan menurunkan Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk meninjau langsung lokasi kejadian.
"Kami telah menerima informasi dari masyarakat terkait adanya semburan gas metana bercampur api di Desa Mengulak. Tim Reaksi Cepat akan segera kami turunkan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut," ujar Budi Widianto.
Lebih lanjut, BPBD juga akan segera berkoordinasi dengan pihak kepolisian setempat guna menetapkan radius aman di sekitar lokasi semburan.
Hal ini dilakukan demi mencegah terjadinya kecelakaan atau risiko lain yang bisa membahayakan masyarakat.
"Saat ini, kami mengimbau masyarakat untuk tidak mendekati lokasi semburan. Potensi bahaya sangat tinggi karena melibatkan gas metana yang mudah terbakar dan berpotensi meledak jika tidak ditangani dengan baik," imbuhnya.
Menurut Budi, semburan gas metana ini kemungkinan besar disebabkan oleh aktivitas geologi di bawah permukaan tanah.
Ia menyebut, ada kemungkinan terjadinya pergerakan struktur tanah atau aktivitas geotermal yang menyebabkan gas metana terperangkap dan akhirnya terdorong keluar melalui pori-pori tanah, khususnya saat warga melakukan pengeboran sumur.
"Fenomena semacam ini memang bisa terjadi di wilayah-wilayah dengan potensi kantong gas bawah tanah. Ketika tanah dibor, maka tekanan dari dalam mendorong gas ke luar, dan jika ada pemicu api, maka bisa langsung menyala," terang Budi.
Berdasarkan pemantauan awal dan pengalaman dari kasus-kasus serupa di wilayah lain, Budi memperkirakan bahwa semburan gas metana ini bisa berlangsung antara tiga hari hingga satu minggu. Namun, semua tergantung pada tekanan dan volume gas yang tersimpan di dalam tanah.
"Meski kemungkinan semburannya akan mereda dalam waktu seminggu, kami tetap akan memantau secara intensif dan menyiagakan tim di lokasi," jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya kesadaran masyarakat untuk tetap menjaga jarak dari area tersebut, karena gas metana memiliki sifat sangat mudah terbakar dan dapat menyebabkan ledakan dalam konsentrasi tertentu.
Sementara itu, warga Desa Mengulak mengaku sangat khawatir dan waspada setelah kejadian tersebut.
Salah seorang warga bernama Toni (38), yang ikut menyaksikan peristiwa semburan gas itu secara langsung, mengungkapkan bahwa peristiwa tersebut terjadi saat seorang tetangga sedang mengebor tanah untuk membuat sumur air.
"Awalnya hanya keluar lumpur dan bau aneh, lalu tiba-tiba menyembur api. Kami semua langsung panik, karena belum pernah melihat kejadian seperti itu sebelumnya," ujarnya.
Menurutnya, sebagian warga saat ini memilih untuk menjauh dari lokasi semburan dan berharap pemerintah segera mengambil tindakan untuk menanggulangi fenomena tersebut.
Fenomena semburan gas metana bercampur api seperti ini tidak bisa dipandang sebagai insiden biasa.
Para ahli geologi dan lingkungan menyarankan agar segera dilakukan investigasi lebih lanjut untuk mengetahui potensi ancaman jangka panjang.
"Perlu dilakukan pengecekan kandungan gas, tekanan bawah tanah, dan survei geoteknik agar kita tahu apakah ada kantong gas lain di sekitar area pemukiman warga," kata Ir. Arief Wahyudi, seorang pakar geologi dari Universitas Sriwijaya.
Ia menambahkan, jika tidak ditangani dengan serius, semburan seperti ini bisa berulang atau bahkan memicu kerusakan lingkungan dan keselamatan manusia.
Kepala Desa Mengulak, Suharto, mengaku telah menyampaikan laporan secara resmi kepada pemerintah kabupaten dan berharap ada tindak lanjut secepatnya.
“Kami berharap segera ada pemasangan garis pengaman dan pengecekan dari tim ahli, karena warga sangat khawatir akan keselamatan mereka,” katanya.
Pemerintah daerah sendiri menyatakan komitmennya untuk menangani kasus ini secara tuntas.
Bupati OKU Timur dikabarkan sudah mendapatkan laporan dan akan segera menggelar rapat koordinasi dengan BPBD, Dinas ESDM, serta pihak terkait lainnya untuk merumuskan langkah strategis ke depan.
Menariknya, beberapa pihak mulai mempertanyakan apakah kejadian semburan gas metana ini menunjukkan adanya potensi sumber energi alternatif di wilayah tersebut.
Gas metana dikenal sebagai salah satu komponen utama dalam gas alam yang dapat dimanfaatkan sebagai energi.
Namun, para ahli mengingatkan bahwa sebelum berpikir untuk eksplorasi, keselamatan warga harus tetap menjadi prioritas utama. "Harus ada studi kelayakan yang sangat mendalam. Kita tidak bisa gegabah hanya karena melihat ada potensi gas," ujar Arief Wahyudi lagi.
Peristiwa semburan gas metana di Desa Mengulak OKU Timur menjadi pengingat bahwa Indonesia masih menyimpan banyak misteri geologis yang perlu diwaspadai.
Pemerintah daerah diharapkan dapat mengambil langkah cepat dan tepat untuk mencegah risiko lebih lanjut.
Dengan penanganan yang serius dan profesional, kejadian ini tidak hanya dapat ditanggulangi secara aman, tetapi juga bisa menjadi pintu masuk untuk mempelajari lebih dalam potensi geologi wilayah OKU Timur. (***)
0 Komentar