Musi Online | Layang Layang Terhembus Angin Menembus Awan
Home        Berita        Seputar Musi,Ruang Seni Budaya

Layang Layang Terhembus Angin Menembus Awan

Musi Online
https://musionline.co.id 26 March 2022 @07:43 870 x dibaca
Layang Layang Terhembus Angin Menembus Awan

*Menuju Fornas VI Sumsel Juli 2022

"Layang layang itu terbang dihembus angin, tinggi menuju awan dengan seutas tali dari tangan sang pengendali"

Musionline.co.id - Permainan sederhana yang dikenal hingga sekarang, dari anak-anak hingga orang dewasa suka memainkannya dikala waktu luang.

Siapa yang tak kenal dengan permainan layang-layang ini? Jika di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) dikenal dengan layangan.

Layang-layang atau layangan merupakan lembaran bahan tipis berkerangka, diterbangkan ke udara dan terhubung dengan tali atau benang dan dikendalikan oleh orang. Layangan memanfaatkan kekuatan hembusan angin.

Layangan ini dikenal luas di seluruh dunia sebagai alat permainan. Pun diketahui juga memiliki fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu penelitian ilmiah serta media energi alternatif.

Sebenarnya, terdapat beberapa tipe layangan. Secara umum adalah layangan hias dan layangan aduan atau laga.

Untuk layangan laga, biasanya dimainkan anak-anak pada masa pancaroba karena saat itu angin berhembus kencang.

Layangan paling sederhana terbuat dari helai daun yang diberi kerangka dari bilah bambu, kemudian diikat dengan serat rotan. Nah...yang seperti ini, biasanya masih dijumpai di Sulawesi.

Dibeberapa daerah pesisir di Indonesia, layangan bisa digunakan sebagai alat bantu memancing. Biasanya layangan ini terbuat dari anyaman daun tertentu lalu dihubungkan dengan mata kail. Malah layangan ada yang dipasangi jerat untuk menangkap kelelawar atau kalong.

Layangan juga digunakan sebagai alat bantu penelitian cuaca dan dikenal sejak abad ke-18. Paling terkenal, ketika Benjamin Franklin menggunakan layangan yang terhubung dengan kunci guna menunjukkan bahwa petir membawa muatan listrik.

Layangan raksasa dari bahan sintetis, sekarang telah diviba menjadi alat untuk menghemat bahan bakar kapal pengangkut. Pada saat angin berhembus kencang, kapal akan membentangkan layar raksasa seperti layangan dan akan "menarik" kapal sehingga menghemat penggunaan bahan bakar.

Untuk penggambaran layang-layang tertua adalah dari lukisan gua periode mesolitik di pulau Muna, Sulawesi Tenggara yang telah ada sejak 9000-9500 tahun sebelum Masehi.

Lukisan tersebut menggambarkan layang-layang yang disebut kaghati, masih digunakan oleh orang-orang Muna modern. Terbuat dari daun umbi hutan untuk layar induk, kulit bambu sebagai bingkai dan serat nanas hutan yang dililitkan sebagai tali.

Di Nusantara sebenarnya banyak ditemukan bentuk-bentuk primitif layang-layang terbuat dari daun-daunan. Catatan pertama mengenai layang-layang adalah dari sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) abad ke-17 yang menceritakan suatu festival layang-layang diikuti oleh seorang pembesar kerajaan.

Kini sesuai zaman, layang-layang pun terus berkembang. Biasanya terbuat dari lembaran kertas dipadu bingkai yang terbuat dari bilah bambu yang dirangkai. Sementara senar digunakan sebagai tali pengendali layang-layang. Layang-layang hias pun berkembang sesuai imajinasi orang yang membuatnya.

Nah...permainan layang-layang ini akan dilombakan pada Festival Olahraga Rekreasi Masyarakat Nasional (Fornas) VI pada tanggal 1-7 Juli 2022 di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Ingin menyaksikan keindahan berbagai bentuk layang-layang? Saksikan Fornas VI dan rasakan budaya, keindahan alam serta keramahan masyarakat Sumsel. (***)



Tinggalkan Komentar Anda


Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *



0 Komentar

Sumsel Maju
Maroko
Top