Musionline.co.id - Gua Harimau, sebuah Gua terletak di Bukit Karang Sialang, Desa Pandang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) diyakini menjadi tempat hunian dan pemakaman manusia kuno yang hidup sekitar 4.000 tahun lalu.
Kini Gua yang terletak di tebing itu telah mendunia dan menjadi salah satu objek cagar budaya.
Ingin mencapai Gua, setidaknya pengunjung harus menumpang kendaraan roda empat atau dua sekitar 3-4 jam dari ibu kota Provinsi Sumsel atau kota Palembang.
Memang, jika ingin menyaksikan tempat hijau nan indah haruslah sedikit berjibaku dengan stamina. Tiba dekat lokasi, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak diselingi hamparan batu cadas pada sisi kiri dan kakan jalan. Menuju lokasi, ada sekitar 105 anak tangga curam yang harus dilalui hingga tiba di lokasi. Saat tiba di lokasi, barulah dapat menyaksikan kebesaran sang pencipta dan disuguhkan pemandangan menakjubkan.
Pintu masuk atau mulut Gua harimau berdiameter sekitar 50 meter dan atap langit-langit sekitar 30 meter. Ada lubang kecil menuju ruang yang berada di atasnya sebelum ke puncak bukit.
Disini terdapat 86 kerangka manusia dari ras Mongoloid, diperkirakan hidup sekitar 4000 tahun lalu. Kerangka terkubur dalam makam yang tersusun rapi.
Kemudian terdapat beberapa lukisan prasejarah di dinding gua, menyerupai corak batik, motif geometris, garis lengkung, tikar dan bentuk lainnya.
Di dalam gua, peneliti juga menemukan sisa hunian Preneolitik yang jauh lebih tua milik ras Australomelanesia di bawah hunian Neolitik. Diantaranya kerangka ikan, kera, harimau, babi, gajah, rusa, burung dan kerang yang diyakini menjadi hasil buruan. Ada juga sisa tumbuhan seperti umbi-umbian dan biji-bijian berupa kemiri.
Penemuan Sangat Spektakuler
Peneliti dari Pusat Arkeologi Nasional (Pusarkenas) Prof Dr Truman Simanjuntak menjelaskan, kuburan tersebut dilakukan ekskavasi dan diteliti sejak tahun 2009. Penelitian menghasilkan peninggalan peradaban manusia yang pernah hidup di dalam gua.
Menurutnya, penemuan arkeologi sangat spektakuler, peradaban yang telah ada jauh sebelum keberadaan manusia sekarang.
Ia menjelaskan, kerangka tersebut besar kemungkinan berasal dari ras Mongoloid dengan beberapa alasan. Diantaranya, ciri-ciri kerangka yang meninggi dan bundar, tulang tengkorak bagian belakang datar, gigi, mata, kedalaman tulang hidung, dan postur tulang.
Berdasarkan ciri-ciri itu, identik dengan ras Mongoloid dengan budaya Neolitik sekitar 4000 tahun lalu yang berlanjut ke budaya Paleometalik sekitar 2000 tahun lalu.
Situs penemuan membuka tabir peradaban masa lalu yang telah terbangun ribuan tahun. Kelompok ini telah mengenal strata sosial dan ekonomi, konsep kepercayaan akan adanya kehidupan sesudah kematian, patologi, demografi, dan nilai-nilai budaya yang luhur.
Ini menjadi regerensi baru tentang sejarah masa lalu, menjadi kekuatan karakter dan peradaban bangsa yang perlu dipertahankan.
Berdiri Megah Museum Purbakala Gua Harimau
Kini di komplek objek wisata prasejarah Gua Harimau itu, telah berdiri Museum megah dan menjadi pusat penelitian purbakala terbesar kedua di Indonesia setelah Museum Sangiran di Jawa Tengah (Jateng).
Harapannya, Museum yang banyak menyimpan edukasi tentang prasejarah dan unsur alam yang alami ini, dapat menarik minat pelancong domestik hingga mancanegara untuk datang.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Provinsi Sumsel Dr Aufa Syahrizal Sarkomi SP MSc membenarkan, jika saat ini di kawasan Gua Harimau tepatnya kawasan Desa Padang Bindu, telah berdiri museum bernama Museum Gua Harimau yang merupakan museum purbakala.
Menurutnya, disana tersimpan berbagai artefak serta kerangka-kerangka manusia purba asli hasil penggalian para arkeolog dan menyimpan sejarah peradaban.
Sementara di lokasi penemuan (Gua Harimau) telah dibuatkan replika 30 individu dari 86 individu yang ditemukan. Tujuannya tak lain bisa dijadikan museum lapangan, artinya agar pengunjung mengetahui bagaimana posisi serta letak kerangka manusia prasejarah saat ditemukan para arkeolog di kawasan Gua Harimau.
Sedangkan kerangka manusia prasejarah yang asli tersimpan rapi di museum di kawasan Desa Padang Bindu, tepatnya seputaran Gua Harimau dan Gua Putri.
"Kamipun menjadikan kawasan ini sebagai salah satu kawasan wisata religi, sejarah dan sekaligus objek wisata andalan di Kabupaten OKU. Hingga saat ini, keberadaan museum, keberadaan kawasan Desa wisata di Padang Bindu telah dijadikan sebagai destinasi wisata sekaligus wisata edukasi bagi kalangan sejarawan yang ingin mengetahui perkembangan peradaban manusia prasejarah yang ada di Gua Harimau," katanya, Sabtu (12/3/2022).
Presentasi Menarik Minat Arkeolog dan Sejarawan Manca Negara
Bahkan, untuk menjadikan kawasan Gua Harimau lebih menarik dan dikenal di manca negara. Tepatnya tahun 2018, pihaknya telah diberikan kepercayaan oleh Pusarkernas untuk mewakili Arkeolog Nasional (Arkernas) sekaligus mewakili pemerintah guna memaparkan atau presentasi di negara Kamboja.
"Alhamdulillah, ketika itu para arkeolog dan masyarakat sejarawan dunia tertarik dan berniat datang ke kawasan Gua Harimau.
Bermula Dari Naluri Arkeolog
Sebelum menjabat Kadisbudpar Sumsel tahun 2018, Dr Aufa Syahrizal Sarkomi SP MSc turun langsung, ikut ke lapangan melakukan proses ekskavasi atau penggalian bersama para arkeolog di kawasan Gua Harimau sejak tahun 2010-2014. Aufa pun mengulas kenangan itu.
Penemuan berawal di tahun 2009, ketika itu tim Arkenas usai melakukan perjalanan ekskavasi dari Provinsi Jambi dan singgah di sebuah rumah makan pinggir sungai di Desa Padang Bindu, Kabupaten OKU. Para arkeolog melihat hamparan atau serpihan batu yang mirip mata kapak di hamparan rumah makan.
Saat itulah, nenurutnya naluri para arkeolog tergugah. Mereka tahu jika batu mirip mata kapak itu, bukanlah batu biasa atau alami melainkan batu hasil dari proses. Penasaran, mereka melihat hamparan pinggir sungai dan kembali menemukan serpihan batu yang sama.
"Saat itu arkeolog bertanya kepada seorang penduduk mengenai topografi dan kondisi kawasan Desa Padang Bindu. Diketahui jika di kawasan Padang Bindu banyak terdapat gua. Nah, dari gua-gua yang ada, terungkap nama gua yang menarik minat para arkeolog yaitu Gua Harimau," kenangnya.
Para arkeolog memutuskan untuk meninjau kawasan Gua Harimau. Saat tiba di lokasi, di dinding kawasan Gua Harimau ditemukan lukisan-lukisan yang berbeda dengan lukisan pada umumnya.
"Menemukan lukisan di dinding gua, para arkeolog mencoba memastikan naluri. Merakapun melakukan penggalian di kawasan itu dengan kedalaman 0,5 meter. Benar saja, ditemukan kerangka atau tulang kaki manusia. Kemudian contoh tulang kaki dan tanah sekitar temuan dibawa ke Jakarta untuk dilakukan penelitian lanjutan. Dari itu didapatkan hasil dan kesimpulan, jika kerangka yang ditemukan di gua adalah kerangka manusia yang sudah berusia ribuan tahun," kenangnya lagi.
Berdasarkan hasil penelitian awal itu, pada tahun 2010 dilakukan ekskavasi atau proses penggalian lanjutan di kawasan Gua Harimau.
Turun Langsung Ikuti Proses Ekskavasi
"Kebetulan di tahun 2010 itu, saya dipercaya menjabat sebagai Kadisbudpar OKU. Dari cerita penggalian para arkeolog, saya tertarik untuk terlibat dalam proses ekskavasi. Saya pun terjun langsung ke lapangan mengikuti prosesnya hingga tahun 2014. Alhamdulillah, hasil penggalian ditemukan kurang lebih 86 individu kerangka manusia prasejarah dari dua ras," ungkap Aufa.
Dilanjutkan, dua ras manusia pra sejarah yang dimaksud adalah ras neomongoloid berhubungan dengan bangsa Cina dan ras Australomelanesia yang ada hubungannya dengan kerangka suku aborigin ditemukan di benua Australia.
"Saya menganggap temuan-temuan itu menjadi temuan yang sangat spektakuler dan bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan perkembangan peradaban manusia," ungkapnya.
Dari situlah, pihaknya pun memutuskan untuk memvasilitasi semua proses kegiatan ekskavasi hingga tahun 2014.
"Alhamdulillah, saat ini dikawasan Gua Harimau tepatnya dikawasan Desa Padang Bindu telah dibangun museum yang namanya museum Gua Harimau merupakan museum purbakala. Disana sekarang sudah tersimpan berbagai artefak dan juga kerangka-kerangka manusia prasejarah," tutupnya. (***)