Musi Online https://musionline.co.id 27 September 2020 @08:20 368 x dibaca Gubernur Sumsel H. Herman Deru
MUSIONLINE.ID, EMPAT LAWANG -- Seperti biasa, mengisi akhir pekannya pada Sabtu (26/09/20), Gubernur Sumsel H. Herman Deru kunjungan kerja ke kab/kota yang dipimpinnya. Kali ini HD Kunker ke Desa Muara Pinang Lama, Kecamatan Muara Pinang, Kabupaten Empat Lawang untuk melakukan Panen Raya bersama warga. Panen raya ini digelar dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Usai panen, HD mengaku bangga dengan petani dan masyarakat Desa Muara Pinang karena meski masih menggunakan irigasi semi alam namun produksi gabah kering panen sudah di atas rata-rata mencapai 6 ton lebih tiap hektare.
Ia pun berkomitmen kalau Pemprov tak akan tinggal diam. Bahkan jika memungkinkan dibuat irigasi dengan sistem air artesis pihaknya akan menambah jumlahnya seperti yang dilakukan di Air Batu Kabupaten Banyuasin.
"Ini berita baik. Sekarang tugas Gubernur, Bupati dan jajarannya. Bagaimana caranya agar produksi ini lebih meningkat lagi. Peningkatan itu bisa dilakukan dengan cara menambah luas tanam atau intensifikasi" ujar HD.
Sebagai kepala daerah yang benar-benar konsen dengan pertanian, kesempatan panen raya itu juga dimanfaatkan HD untuk berbagi tips kepada petani agar dapat mengikuti jejaknya meningkatkan produksi padi seperti di OKU Timur.
Menurut HD Ia pernah sengaja berkeliling ke beberapa negara seperti Brunei, Philipina, Taiwan dan Thailand khusus untuk mempelajari teknik bertani. Dari sana Ia paham betul bahwa kedisiplinan SDM dan petani adalah kunci utama dalam mendongkrak produksi padi. Karena untuk SDA di Sumsel cenderung sama memiliki gunung, irigasi hanya alat yang sedikit berbeda.
"Jadi Saya pernah tantang ahli pertanian dari Taiwan untuk meningkatkan Produksi di OKUT saat itu. Waktu itu petani baru bisa panen 6 ton per hektare. Tapi si Kim (ahli pertanian) ini berani pasang target 14 ton. Asalkan sistem bertaninya mengikuti cara Dia," cerita HD.
Selanjutnya kata HD benar saja setelah panen pertama, dengan pembibitan dan pengairan mengikuti teknik yang dilakukan Kim panen mencapai target 14 ton. Kemudian begitu lagi panen lagi hasilnya tetap 14 ton.
Tak berapa lama setelah itu, para petani menghadap Saya. Mereka minta Kim dipulangkan karena petani mengaku sudah bisa mempelajari teknik bertani yang dicontohkan Kim. Alhasil Kim diminta pulang dan kemudian petani mulai ke sawah seperti biasa dan tibalah waktunya panen.
"Tau gak berapa produksinya padi yang dihasilkan petani? Setelah ditinggal Kim mereka tetap panen lagi 6 ton seperti semula. Tahu gak salahnya dimana. Itu karena kita tidak disiplin. Karena itu Saya minta petani disini disiplin, mulai dari pembibitan, pemupukan sampai panen biar losses (kerugian) nya tidak banyak," tegas HD.
Sama seperti ketika Ia ke Thailand, HD mengaku pernah memperhatikan semua beras yang dihasilkan di penggilingan yang sama bentuk bahkan ukurannya. Hal ini menurutnya beda sekali dengan di Sumsel yang masih terlihat ada beras yang panjang, pendek bahkan patah. "Hal -hal seperti ini yang harus kita benahi," ujarnya.
Selain kopi dan lada, HD menjelaskan bahwa di Empat Lawang ini ada 13.000 lahan yang siap dikelola. Dengan 1000 PPL Pertanian yang akan disebarnya ke Kabupaten Kota di Sumsel untuk membimbing para petani, diyakininya dapat meningkatkan nilai tambah padi maupun holtikultura yang ada di Empat Lawang.
"Di Sumsel inikan kita bagi zona wilayah, untuk di Empat Lawang, Pagaralam, Lahat Saya yakin Empat Lawang bisa jadi lumbung pangan," jelasnya.
Selain meningkatkan kedisplinan petani, yang tak kalah penting untuk meningkatkan produksi pertanian adalah kepedulian pemerintah daerah itu sendiri.
Meski memiliki SDA yang banyak tapi petani tetap tidak bisa dibiarkan sendiri, karena mereka membutuhkan dukungan pemerintah.
"Tidak usah muluk-muluk. Kita harus pintar membaca kelebihan di Sumsel. SDM dan SDA kita ada jadi tinggal fokus saja di pertanian. Caranya kita harus mulai memperbaiki teknisnya. Kalau selama ini bertani tradisional, tanam dan panennya, sekarang pelan-pelan kita menuju modernisasi," tegasnya.
Usai menyampaikan sambutan, HD juga memberikan bantuan kepada Pemkab Empar Lawang berupa 1 unit freezer, 1 unit coolbox, 3 unit power theresser, serta 3 paket UPPU serta benih padi kepada perwakilan kelompok petani di Kabupaten Empat Lawang.
Sementara itu Bupati Empat Lawang Joncik Muhammad mengakui bahwa di bawah kepemimpinan H. Herman Deru ini pertumbuhan Kabupaten Empat Lawang makin menggeliat.
Apalagi di masa pandemi seperti ini, dimana daerah harus merefocusing dana. Namun dengan bantuan gubernur yang mencapai miliaran nilainya membuat pengurangan anggaran di Empat Lawang tertutupi.
"Kami akui Empat Lawang semakin menggeliat berkat Pak Herman Deru. Bantuan yang diberikan benar-benar membantu kami yang memiliki APBD Rp1 triliun ini," jelasnya.
Saat ini kata Joncik, Empat Lawang memiliki lahan pertanian seluas 13.331 ha. Dimana pada tahun 2019 lalu, panen menghasilkan 100.000 ton lebih padi. Hasil ini sangat mencukupi kebutuhan di Empat Lawang bahkan mereka bisa ikut menyanggah kebutuhan daerah sekitarnya.
Namun dari 13.000 lahan tersebut baru 9000 lahan yang terdaftar mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat. Melalui Gubernur Sumsel H.Herman Deru, Joncik berharap kedepan 4000 lahan yang belum terdaftar tersebut bisa mendapatkan bantuan.
"Saya belajar dari Pak Gubernur. Bagaimana beliau bisa memangkas kemiskinan dari 17 persen menjadi 3,8 persen saja. Caranya dengan kerja keras dan sungguh-sungguh serta ada konsep membangun dan mencontoh pertaniannya. Dengan begitu kami yakin Empat Lawang bisa segera lepas dari kemiskinan," tutupnya.
Dalam kunkernya kali ini Gubernur Herman Deru tampak didampingi, Anggota DPRD Sumsel Dapil VII Alfrenzi Panggarbesi dan sejumlah Kepala OPD di lingkungan Pemprov Sumsel yakni, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sumsel Antoni Alam, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sumsel Fahrurozi, Kepala Dinas ESDM Provinsi Sumsel Robert Heri, Kepala Bapenda Provinsi Sumsel Dra Neng Muhibah, Kepala Dinas Perindustrian Provinsi Sumsel, Ernila, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel Dra Lesty Nuraini. (red)
Editor: Karni
0 Komentar