Musi Online | BMKG Sumsel Imbau Warga Palembang Waspadai Kabut Pagi Hari, Jarak Pandang Bisa di Bawah 1.500 Meter
HDCU
Home        Berita        Seputar Musi

BMKG Sumsel Imbau Warga Palembang Waspadai Kabut Pagi Hari, Jarak Pandang Bisa di Bawah 1.500 Meter

Musi Online
https://musionline.co.id 01 July 2025 @18:24
BMKG Sumsel Imbau Warga Palembang Waspadai Kabut Pagi Hari, Jarak Pandang Bisa di Bawah 1.500 Meter
BMKG Sumsel Imbau Warga Palembang Waspadai Kabut Pagi Hari, Jarak Pandang Bisa di Bawah 1.500 Meter.

Musionline.co.id, Palembang — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mengimbau masyarakat Kota Palembang untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap fenomena kabut yang kerap muncul pada pagi hari. 
Kabut ini berpotensi menurunkan jarak pandang mendatar hingga di bawah 1.500 meter, yang dapat mengganggu aktivitas masyarakat, terutama sektor transportasi darat, udara, dan air.
Kepala Unit Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Sinta Andayani, ketika dikonfirmasi di Palembang pada Selasa (01/07/2025), menjelaskan bahwa kekaburan udara ini dipicu oleh tingginya kelembaban yang mencapai 99 persen pada dini hari hingga pagi. Kondisi tersebut memicu terbentuknya kabut tipis atau mist.
"Fenomena kabut ini muncul akibat uap air yang mengalami kondensasi menjadi titik-titik air kecil yang melayang di dekat permukaan tanah. Biasanya terjadi saat kelembaban udara sangat tinggi mendekati titik jenuh, dengan suhu permukaan relatif rendah," ungkap Sinta.
Ia menambahkan, kabut tipis di Kota Palembang saat ini tidak hanya murni terdiri dari uap air, tetapi turut bercampur dengan partikel-partikel kering atau polutan di udara. 
Akibatnya, kekaburan udara menjadi lebih pekat, terutama di kawasan perkotaan padat penduduk.
"Berdasarkan hasil pengamatan di Bandara SMB II Palembang, jarak pandang horizontal terendah tercatat sekitar 1.500 meter. Namun di wilayah dalam kota, yang padat pemukiman dan lebih banyak sumber polusi, jarak pandang dapat menurun lebih rendah lagi," jelasnya.
BMKG mencatat bahwa kondisi seperti ini lazim terjadi menjelang pagi hari, terutama pasca hujan di malam sebelumnya. 
Air hujan membuat suhu udara permukaan menurun, sedangkan kelembaban tetap tinggi, menciptakan kondisi ideal untuk terbentuknya kabut.
"Seiring terbitnya matahari, suhu udara perlahan naik dan kelembaban sedikit menurun, kabut umumnya akan mulai menghilang dengan sendirinya. Namun sebelum itu, kita tetap perlu waspada," tambah Sinta.
Ia menekankan pentingnya kehati-hatian bagi masyarakat yang beraktivitas di luar rumah pada pagi hari, terutama pengendara kendaraan bermotor yang melintas di jalan raya. Jarak pandang terbatas dapat meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas.
"Kabut yang tebal bisa mempengaruhi jarak pandang secara signifikan. Hal ini perlu menjadi perhatian, baik untuk transportasi darat, transportasi udara pada saat pesawat take off atau landing, maupun transportasi air bagi kapal-kapal yang hilir mudik di sungai Musi," katanya.
Untuk itu, BMKG Sumsel mengimbau masyarakat agar selalu memperhatikan informasi prakiraan cuaca terkini, serta mengatur jadwal perjalanan bila perlu ditunda hingga kondisi lebih aman. Bagi pengguna kendaraan, dianjurkan menyalakan lampu utama meskipun pada pagi hari untuk membantu meningkatkan visibilitas dan mengurangi risiko tabrakan.
Sementara itu, BMKG juga terus memonitor kondisi dinamika atmosfer di wilayah Sumsel. Potensi pembentukan kabut masih akan berlanjut dalam beberapa hari ke depan, seiring pola cuaca yang didominasi kelembaban tinggi dan suhu permukaan yang relatif dingin pada malam hingga pagi hari.
“Kami terus melakukan pengamatan secara intensif, dan setiap perkembangan akan segera diinformasikan ke masyarakat melalui kanal-kanal resmi BMKG,” tutup Sinta.
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan fenomena cuaca seperti kabut ini, diharapkan aktivitas sehari-hari, khususnya di Kota Palembang, dapat tetap berjalan aman dan lancar tanpa mengabaikan faktor keselamatan. 
BMKG mengingatkan bahwa selain kabut, musim kemarau yang mulai berlangsung juga perlu diantisipasi dari risiko lain seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla), yang dapat memperburuk kualitas udara. (***)



Tinggalkan Komentar Anda


Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *



0 Komentar

Maroko
Top