Musi Online | Tragis! Warga Sumatera Utara Ditemukan Meninggal Membusuk di Kebun Karet, Polisi Pastikan Tak Ada Tanda Kekerasan
Hut sumsel
Home        Berita        Hukum Kriminal

Tragis! Warga Sumatera Utara Ditemukan Meninggal Membusuk di Kebun Karet, Polisi Pastikan Tak Ada Tanda Kekerasan

Musi Online
https://musionline.co.id 04 May 2025 @19:04 26 x dibaca
Tragis! Warga Sumatera Utara Ditemukan Meninggal Membusuk di Kebun Karet, Polisi Pastikan Tak Ada Tanda Kekerasan
Tragis! Warga Sumatera Utara Ditemukan Meninggal Membusuk di Kebun Karet, Polisi Pastikan Tak Ada Tanda Kekerasan dan Jenazah Sahban Banurea Ketika Dievakuasi Petugas Kepolisian.

Musionline.co.id, Muara Enim — Setelah sempat dilaporkan hilang selama lebih dari 10 hari, Sahban Banurea (45), seorang warga asal Desa Salak 1, Kecamatan Salak, Kabupaten Pakpak Bharat, Provinsi Sumatera Utara, akhirnya ditemukan dalam kondisi mengenaskan. 
Tubuhnya ditemukan dalam keadaan membusuk di sebuah kebun karet milik PPKR Gerbang Serasan, yang terletak di Dusun I, Desa Perjito, Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan, pada Sabtu (03/05/2025) sekitar pukul 15.00 WIB.
Penemuan jasad Sahban Banurea mengakhiri misteri hilangnya pria paruh baya tersebut yang terakhir kali terlihat pada Jumat (25/04/2025). 
Saat itu, ia bersama keluarganya sedang dalam perjalanan pulang usai menghadiri acara pelantikan anaknya yang baru saja menyelesaikan pendidikan militer di Lahat. 
Namun, di tengah perjalanan, tepatnya saat mereka singgah untuk mengisi bahan bakar di Desa Perjito, Kecamatan Gunung Megang, terjadi peristiwa di luar dugaan.
Menurut Kapolsek Gunung Megang, AKP Aisen Hower, yang didampingi Kasi Humas Polres Muara Enim, AKP RTM Situmorang, korban secara tiba-tiba meminta untuk turun dari kendaraan. 
Tanpa alasan jelas, ia langsung berlari masuk ke dalam hutan yang berada tak jauh dari lokasi pengisian bahan bakar.
Kejadian yang berlangsung cepat itu membuat keluarga panik dan kebingungan.
“Korban minta turun dari mobil, lalu langsung berlari ke arah hutan di sekitar Desa Perjito. Keluarga sempat mencoba mencari, namun karena tidak mengenal medan dan khawatir akan keselamatan, pencarian tidak bisa dilanjutkan terlalu jauh,” ujar AKP Aisen pada Minggu (04/05/2025).
Upaya Pencarian yang Panjang dan Melelahkan
Pihak keluarga korban segera melaporkan kejadian tersebut kepada pemerintah desa setempat. 
Namun, karena wilayah hutan cukup luas dan memiliki kontur yang sulit dijangkau, pencarian tidak bisa dilakukan secara maksimal dalam beberapa hari pertama. 
Kondisi ini membuat keberadaan Sahban tetap misterius selama hampir dua minggu.
Hingga akhirnya, pada Sabtu (03/05/2025), keluarga korban bersama warga sekitar kembali melakukan pencarian dengan lebih terorganisir. 
Sekitar pukul 13.00 WIB, mereka menyusuri area perkebunan karet yang berada tak jauh dari titik terakhir korban terlihat.
Pada pukul 14.00 WIB, salah satu warga mencium bau busuk yang menyengat dari arah dalam kebun. 
Setelah dicek lebih lanjut, bau tersebut berasal dari sesosok jasad dalam posisi tertelungkup yang sudah dalam kondisi tidak bernyawa.
“Korban ditemukan dalam kondisi sudah membusuk dan mengeluarkan bau tidak sedap. Posisinya tertelungkup di area kebun karet,” jelas Kapolsek.
Polisi Pastikan Tidak Ada Unsur Kekerasan
Setelah mendapat laporan penemuan jenazah, tim dari Polsek Gunung Megang bersama aparat TNI, perangkat desa, dan warga segera melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). 
Jenazah kemudian dievakuasi ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan medis guna memastikan penyebab kematian.
“Hasil pemeriksaan tim medis menyatakan bahwa tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Barang-barang pribadi seperti ponsel merek VIVO warna merah marun dan charger masih berada di TKP. Pakaian yang dikenakan juga masih utuh dan lengkap, berupa baju batik merah putih dan celana panjang coklat muda,” papar AKP Aisen.
Temuan ini memperkuat dugaan bahwa korban meninggal bukan karena penganiayaan atau tindak kriminal, melainkan faktor lain yang masih dalam penyelidikan lebih lanjut.
Dugaan Depresi dan Ketergantungan Alkohol
Lebih lanjut, dari keterangan keluarga, diketahui bahwa Sahban Banurea diduga mengalami tekanan psikologis berat dalam beberapa waktu terakhir. 
Salah satu penyebabnya adalah rasa duka mendalam setelah mertuanya meninggal dunia. Selain itu, korban disebut memiliki kebiasaan mengonsumsi minuman tradisional jenis tuak.
Menurut anak korban, ayahnya sempat mengalami gejala fisik seperti menggigil karena sudah beberapa hari tidak mengonsumsi tuak. 
Kondisi ini memperparah keadaannya secara mental, yang diduga membuatnya mengambil tindakan impulsif dengan masuk ke hutan secara tiba-tiba.
“Korban memang sempat terlihat murung dan mengalami tekanan psikis usai kematian mertuanya. Selain itu, ketergantungan terhadap minuman tuak juga cukup memengaruhi kondisinya,” kata anak korban kepada pihak kepolisian.
Kepergian Sahban Banurea meninggalkan duka mendalam bagi keluarga. 
Mereka tak menyangka bahwa perjalanan pulang usai momen membanggakan pelantikan anaknya sebagai anggota TNI justru berakhir dengan tragedi. 
Hingga kini, keluarga masih berusaha tegar dan menerima musibah ini sebagai takdir.
Proses pemulangan jenazah ke kampung halaman di Pakpak Bharat telah dibantu oleh pihak kepolisian dan aparat desa setempat. 
Keluarga menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih kepada warga serta aparat yang telah membantu proses pencarian dan evakuasi jenazah.
Pesan Kemanusiaan: Pentingnya Deteksi Dini Masalah Mental
Kasus ini menjadi pengingat akan pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental, terutama bagi individu yang sedang mengalami tekanan hidup atau kehilangan orang tercinta. 
Depresi dan gangguan psikologis sering kali tidak terlihat secara fisik, namun bisa berdampak besar terhadap keputusan-keputusan ekstrem yang diambil seseorang.
Pihak kepolisian juga mengimbau masyarakat untuk tidak menyepelekan tanda-tanda stres atau depresi yang dialami oleh orang terdekat. 
Pendampingan keluarga dan keterlibatan aktif lingkungan sekitar sangat penting dalam mencegah kejadian serupa terulang kembali.
“Kami berharap kejadian ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak, bahwa dukungan emosional dan perhatian terhadap kesehatan mental adalah hal yang tidak kalah penting,” tutup Kapolsek Gunung Megang. (***)



Tinggalkan Komentar Anda


Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *



0 Komentar

Maroko
Top