(Universitas Jambi)
Di tengah era digital yang membuka banyak peluang kreatif, muncul satu nama yang mencuri perhatian dalam dunia literasi Indonesia: Dwi Berliana. Ia adalah penulis muda berbakat yang berhasil menorehkan prestasi luar biasa. Lulusan Universitas Jambi dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2020 ini berhasil menulis novel yang tidak hanya populer secara daring, tetapi juga diangkat ke layar lebar. Karyanya yang berjudul Algrafi telah dibaca lebih dari 31 juta kali di Wattpad dan difilmkan pada tahun 2024. Keberhasilan ini tidak terjadi secara kebetulan, tetapi merupakan hasil dari perpaduan kreativitas, ketekunan, dan karakter wirausaha yang kuat.
Inspirasi awal Dwi untuk menulis hadir dari kondisi tak terduga: kuliah daring akibat pandemi COVID-19. Waktu luang yang tersedia justru dimanfaatkannya untuk menuangkan ide dalam bentuk tulisan. Hal ini mencerminkan karakteristik rasa ingin tahu dan kreatif, karena ia mampu menggali ide dari hal-hal sederhana seperti imajinasi sebelum tidur, pengalaman pribadi dan teman, serta fenomena sosial. Kemampuan menemukan inspirasi dari kehidupan sehari-hari menjadi modal penting dalam dunia tulis-menulis yang kompetitif. Dwi menjadikan pengalamannya sebagai sumber kekuatan untuk berkarya, membuktikan bahwa kreativitas adalah salah satu ciri utama wirausaha sukses.
Dalam proses berkarya, Dwi tidak lepas dari tantangan. Ia pernah mengalami kegagalan dalam menyelesaikan tulisan. Namun, dengan meluruskan niat dan menetapkan tujuan yang jelas, ia berhasil mengatasi hambatan tersebut. Karakter gigih dan bertanggung jawab menjadi kunci dalam proses ini. Baginya, ketika seseorang sudah memutuskan untuk memulai menulis, maka harus ada komitmen untuk menyelesaikannya. Niat yang kuat menjadi landasan dalam menumbuhkan kegigihan dan rasa tanggung jawab, dua aspek penting yang menandai mentalitas seorang wirausaha sejati.
Selain itu, Dwi juga menunjukkan kemampuannya dalam menetapkan target secara realistis. Meskipun ia tidak memiliki target harian yang ketat, saat terikat kontrak dengan penerbit, ia menetapkan target menulis hingga 4000 kata per hari agar dapat memenuhi tenggat waktu. Ia menyadari bahwa produktivitas tidak hanya soal kuantitas, tetapi juga kualitas, sehingga ia mengelola waktu dan energi secara mandiri. Karakteristik mandiri ini sangat menonjol dalam dirinya, karena ia mampu mengatur proses menulis tanpa bergantung pada orang lain, termasuk dalam mengatur alur ide hingga menyusun naskah akhir.
Keberhasilan Dwi tidak terlepas dari rasa percaya diri yang tinggi. Ia menyadari bahwa tidak semua orang akan menyukai karyanya, namun hal itu tidak membuatnya gentar. Ia terus menulis dengan keyakinan bahwa karyanya memiliki nilai, terlebih saat mendapat apresiasi dari pembaca dan penerbit. Penguatan dari pembaca menjadi sumber motivasi yang memperkuat kepercayaan dirinya sebagai penulis. Karakter ini penting dalam dunia wirausaha, karena rasa percaya diri mendorong seseorang untuk terus maju dan tidak mudah goyah oleh kritik atau penolakan.
Salah satu risiko terbesar yang pernah dihadapi Dwi adalah ketika fokus menulis terganggu oleh penyusunan skripsi. Akibatnya, ia kehilangan sebagian besar pembacanya. Namun, alih-alih menyerah, ia justru berusaha untuk menarik kembali perhatian pembaca dengan karya-karya selanjutnya. Ini adalah bentuk nyata dari keberanian mengambil risiko. Ia menyadari bahwa setiap keputusan mengandung konsekuensi, namun ia tetap melangkah dengan tekad untuk bangkit. Sikap ini menunjukkan bahwa menjadi penulis bukan hanya soal menghasilkan karya, tetapi juga mengelola risiko dan beradaptasi dengan perubahan.
Hingga saat ini, Dwi telah menulis tiga novel: Algrafi, Switch Personality, dan Alvan Zoeyi, serta tengah menulis karya keempat berjudul Not Love. Capaian terbesarnya, menurutnya, adalah kemampuannya mengalahkan rasa malas dan memilih untuk terus produktif. Ia berencana untuk memperluas jangkauan karyanya melalui media sosial seperti Instagram dan TikTok, sejalan dengan perkembangan zaman. Dwi juga berpesan kepada generasi muda untuk tidak takut mempublikasikan tulisan, selama karya tersebut tidak merugikan orang lain, logis, tidak mengandung SARA, dan tidak mengandung ujaran kebencian. Baginya, keberanian untuk memulai dan terus berkarya adalah bentuk nyata dari semangat wirausaha yang harus dimiliki setiap penulis muda.
Kisah Dwi Berliana bukan hanya tentang keberhasilan seorang penulis muda, melainkan juga tentang bagaimana delapan karakteristik wirausaha: gigih, kreatif, bertanggung jawab, rasa ingin tahu, memiliki target, mandiri, percaya diri, dan berani mengambil risiko, terwujud nyata dalam diri seorang pelaku literasi. Ia telah membuktikan bahwa dunia kepenulisan adalah medan yang subur bagi tumbuhnya jiwa kewirausahaan. Bagi siapa pun yang memiliki passion menulis, kisah Dwi adalah inspirasi bahwa dengan tekad, strategi, dan keberanian, kata-kata pun bisa membuka jalan menuju kesuksesan.