Musi Online | Sejarah Pitis: Kisah Koin Kesultanan Palembang Darussalam yang Terungkap dalam Naskah Kuno
Korpri
Home        Berita        Ruang Seni Budaya

Sejarah Pitis: Kisah Koin Kesultanan Palembang Darussalam yang Terungkap dalam Naskah Kuno

Musi Online
https://musionline.co.id 02 July 2025 @18:21
Sejarah Pitis: Kisah Koin Kesultanan Palembang Darussalam yang Terungkap dalam Naskah Kuno
Sejarah Pitis: Kisah Koin Kesultanan Palembang Darussalam yang Terungkap dalam Naskah Kuno

Musionline.co.id, Palembang - Sejarah panjang Kesultanan Palembang Darussalam kembali terangkat ke permukaan melalui kajian ilmiah yang digelar Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang. 
Pada Rabu (2/7/2025), forum ilmiah rutin bertajuk Kajian Reboan ini mengulas topik menarik mengenai “Koin Pitis Kesultanan Palembang Darussalam”.
Kegiatan yang berlangsung secara daring dan luring ini menghadirkan Dr. Kemas A.R. Panji, M.Si, sebagai narasumber utama. 
Diketahui, Dr. Kemas baru saja meraih gelar Doktor Peradaban Islam ke-272 di UIN Raden Fatah Palembang dengan predikat Amat Memuaskan, lewat disertasi berjudul Mata Uang Kesultanan Palembang Darussalam dalam Perspektif Sejarah.
Turut hadir memantik diskusi sekaligus memoderasi acara yakni Ustad Kemas H Andi Syarifuddin. Diskusi ini juga dimeriahkan pemikiran cemerlang dari Prof. Dr. Duski Ibrahim, M.Ag, Dr. M. Torik selaku Wakil Direktur Pascasarjana UIN Raden Fatah, serta para peserta lain seperti Dr. Ahmad Syukri, Dr. Fajri Rahmat, Dr. Abdillah Asmara (Robert), Ust. Hafidzhuddin dan Faiz (Admin Zoom).
Kolaborasi Kajian Koin dan Naskah Kuno
Dalam paparannya, Dr. Kemas A.R. Panji, M.Si menjelaskan bahwa kajian ini bukan hanya menelusuri sejarah koin Pitis dari sudut ekonomi, tetapi juga memperkuat temuan melalui kajian filologis naskah-naskah kuno Palembang.
“Menariknya, kajian tentang koin Pitis ini kami padukan dengan penelitian naskah kuno Palembang yang dimiliki Ustad Kemas H Andi Syarifuddin. Ternyata antara naskah dan koin ini saling menguatkan. Apa yang tertulis di naskah kuno dikuatkan dengan keberadaan koinnya, begitu juga sebaliknya,” jelas Dr. Kemas.
Dalam diskusi tersebut, salah satu naskah kuno yang dibuka oleh Ustad Andi Syarifuddin mengungkap penyebutan koin Pitis yang sudah muncul sejak pasca Perang Menteng pada tahun 1819. Hal ini menunjukkan bahwa di awal abad ke-19, istilah pitis memang telah digunakan di lingkungan Kesultanan Palembang Darussalam.
“Artinya, temuan ini memperkuat teori saya bahwa istilah pitis memang sudah identik dengan sebutan uang atau koin di Kesultanan Palembang sejak awal berdiri. Naskah kuno yang dimiliki Ustad Andi menjadi bukti kuatnya,” imbuh Dr. Kemas.
Jejak Pitis di Naskah Priyayi Palembang dan Catatan Orientalis Inggris
Ustad Kemas H Andi Syarifuddin yang juga peneliti naskah kuno menambahkan, beberapa naskah yang memuat catatan tentang pitis ini adalah milik priyayi dan bangsawan Palembang.
“Dalam kajian tadi saya buka salah satu naskah yang secara eksplisit menyebut kata pitis, menunjukkan transaksi atau sistem pembayaran yang sudah mapan saat itu,” jelasnya.
Lebih lanjut, bukti historis tentang penggunaan pitis tidak hanya ditemukan dalam naskah lokal. Tercatat pula dalam kesaksian orientalis Inggris W. Marsden dalam buku The History of Sumatra terbitan tahun 1783. Selain itu, sejarah pitis juga diulas dalam buku Kuto Gawang karya Johan Hanafiah yang menyingkap banyak sisi peradaban Palembang tempo dulu.
Kesultanan Palembang Darussalam: Jaringan Dagang Internasional
Tak hanya berhenti pada temuan historis, kajian ini juga menyingkap betapa hebatnya perekonomian Kesultanan Palembang Darussalam. Menurut Dr. Kemas, pada masa jayanya, kesultanan ini telah menjalin kontrak dagang internasional dengan berbagai bangsa. Dari sinilah keberadaan pitis berperan penting sebagai alat tukar sah dalam kegiatan perdagangan, baik di tingkat lokal maupun lintas negara.
Usulan Pitis Jadi Oleh-Oleh Khas Sumsel
Dalam kesempatan itu, Prof. Dr. Duski Ibrahim, M.Ag memberikan saran agar koin pitis tidak hanya dijadikan bahan kajian sejarah, tetapi juga dikembangkan sebagai produk cinderamata khas Palembang.
“Bagus kalau pitis ini bisa dicetak kembali dalam bentuk replika dan dijadikan oleh-oleh. Tinggal kerjasama dengan Dinas Pariwisata kota dan provinsi di Sumsel,” ungkapnya.
Gagasan ini disambut antusias oleh peserta kajian. Replika pitis dinilai bisa memperkaya khasanah oleh-oleh Palembang selain songket dan pempek, sekaligus menjadi media edukasi sejarah yang menarik bagi wisatawan.
Kajian mendalam tentang pitis yang terhubung erat dengan naskah kuno ini membuktikan betapa kaya warisan budaya dan sejarah Palembang. Pitis bukan sekadar alat tukar, melainkan juga saksi bisu kejayaan ekonomi dan sistem sosial Kesultanan Palembang Darussalam.
Harapannya, warisan ini tidak hanya berhenti pada kajian akademis, tetapi bisa terus dilestarikan dan diperkenalkan kepada generasi mendatang, agar sejarah Palembang tak lekang dimakan zaman. (***)



Tinggalkan Komentar Anda


Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *



0 Komentar

Maroko
Top