Musi Online https://musionline.co.id 11 July 2025 @18:12 17 x dibaca 
Balai Karantina Sumsel Siap Jadi Fasilitator Perdagangan Antar Negara, Dorong Kopi Asli Sumsel Diekspor Lewat Pintu Sendiri.
Musionline.co.id, Palembang – Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) Sumatera Selatan (Sumsel) semakin memantapkan langkah untuk menjadi fasilitator utama dalam mendukung kelancaran perdagangan antar negara, khususnya dalam ekspor produk pertanian, peternakan, dan perikanan asal Bumi Sriwijaya.
Langkah ini diwujudkan melalui sinergi berkelanjutan dengan para pemangku kepentingan, mulai dari eksportir, petani, hingga instansi vertikal dan horizontal terkait.
Hal ini ditegaskan Kepala BKHIT Sumsel, drh Sri Endah Ekandari MSi, saat membuka kegiatan Coffee Morning bertema “Crisis Communication & Digital Storytelling terkait Strategi Terpadu Media Relations untuk Karantina Era Digital”, yang berlangsung di Aula BKHIT Sumsel, Jumat (11/7/2025).
Menurut Sri Endah, saat ini ekspor dari Sumsel sudah berjalan cukup baik, meliputi berbagai komoditas hewan, ikan, maupun tumbuhan.
Namun demikian, ada pekerjaan rumah yang harus segera dibenahi, yakni agar ekspor kopi asal Sumsel dapat langsung melalui pelabuhan dan pintu ekspor di Sumatera Selatan sendiri, bukan lagi melalui provinsi tetangga.
“Ke depan kita ingin kopi asal Sumsel langsung diekspor melalui pintu provinsi ini. Tapi tentu syaratnya, kualitas kopi dari petani harus betul-betul terjaga agar bisa bersaing di pasar global,” jelas Sri Endah.
Bangun Ekosistem, Bukan Sekadar Teknis
Sri Endah juga menegaskan bahwa peran Balai Karantina Sumsel tidak hanya sekadar pada aspek teknis pemeriksaan karantina, melainkan turut aktif membangun ekosistem perdagangan internasional yang sehat dan kompetitif.
“Ekspor itu bukan hanya soal teknis saja, tetapi juga melibatkan pembiayaan dan ekosistem usaha. Makanya kita terus memperkuat kolaborasi dengan berbagai pihak. Karena BKHIT Sumsel tidak bisa berjalan sendiri,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan, pihaknya tidak akan mentolerir eksportir yang mencoba melakukan ekspor tanpa memenuhi persyaratan karantina yang sudah ditentukan.
“Kalau barang yang akan diekspor tidak memenuhi persyaratan, kita tegas akan mengembalikan ke pemiliknya. Sertifikasi pun tidak akan kita keluarkan,” tegasnya.
Menariknya, Sri Endah juga meluruskan persepsi publik soal isu pembatasan ekspor yang sering disalahpahami.
“Pembatasan ekspor bukan ranah karantina. Kalau ada pembatasan, itu ranahnya instansi lain. Kita di karantina justru memfasilitasi supaya barang bisa diekspor sesuai standar internasional,” imbuhnya.
Perkuat Media Relations di Era Digital
Dalam acara tersebut, hadir pula Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palembang, M Fajarwiko, yang menyoroti tantangan media konvensional di tengah gempuran media digital dan sosial media.
“Terkadang media mainstream kalah cepat dengan new media, walaupun new media sering memberi informasi yang belum tentu terverifikasi,” kata Wiko.
Sementara itu, praktisi komunikasi Weny Ramdiastuti mengingatkan pentingnya membangun engagement dan kepercayaan publik melalui kanal digital.
“Jangan sampai terjadi krisis komunikasi publik. Salah satu strateginya, manfaatkan media digital untuk transparansi dan edukasi masyarakat,” ujarnya.
Sebagai penutup, kegiatan Coffee Morning BKHIT Sumsel ini juga diisi dengan simulasi Role Play kehumasan, guna meningkatkan kemampuan tim dalam menghadapi krisis komunikasi dan memperkuat strategi storytelling karantina di era digital.
Acara dihadiri puluhan awak media lokal maupun nasional yang turut mengapresiasi keterbukaan BKHIT Sumsel dalam membangun sinergi.
Dengan berbagai upaya ini, Balai Karantina Sumsel optimistis mampu menjadi jembatan penting dalam memperlancar arus perdagangan antar negara, sekaligus mengangkat citra Sumatera Selatan sebagai salah satu lumbung ekspor potensial Indonesia. (***)
0 Komentar