Musi Online | Tergerus Zaman, Kuntau Perlu Dilestarikan
Home        Berita        Ruang Seni Budaya

Tergerus Zaman, Kuntau Perlu Dilestarikan

Musi Online
https://musionline.co.id 16 July 2021 @09:59 2262 x dibaca
Tergerus Zaman, Kuntau Perlu Dilestarikan

Musionline.co.id - Kuntau merupakan seni bela diri tradisional khas milik Sumatera Selatan (Sumsel). Seni bela diri tradisional ini diperkirakan sudah ada sejak zaman Kesultanan Palembang Darussalam. Pada masa penjajahan, mereka yang memiliki keahlian Kuntau dipersenjatai dengan besi bercabang, pisau bermata dua dan balok untuk bertempur melawan musuh yang hendak menindas masyarakat dan merebut wilayah yang mereka diami.

Dengan menguasai seni bela diri kuntau, diharapkan selain dapat meningkatkan perilaku rajin dalam beribadah, juga dapat mengendalikan nafsu serta amarah. Seni bela diri tradisional kuntau diyakini dapat membentuk kepribadian seseorang untuk selalu rendah hati, tidak sombong dan mampu meminimalkan keributan.

Katanya walau hanya dipelajari dalam beberapa bulan, seni bela diri tradisional kuntau tidak hanya dikenal dapat menjatuhkan lawan, tetapi juga dapat mematikan lawannya, meskipun penyerangan terhadap lawan dilakukan dalam keadaan gelap tanpa ada bantuan cahaya.

Gerakan-gerakan seni bela diri tradisional kuntau dianggap unik. Tidak sekedar mengedepankan keindahan gerakan-gerakan semata, tetapi disesuaikan dengan jalan alam dan sangat dahsyat serta bertenaga.

Dengan adanya kemampuan masyarakat Palembang menguasai seni bela diri tradisional kuntau, Kesultanan Palembang bersama masyarakat mampu angkat senjata melawan penjajah. Mereka tidak takut walaupun penjajah memiliki senjata yang lebih lengkap dan modern.

Dilansir majalah1000guru, menurut seniman Palembang Anwar Beck mengatakan, seni bela diri tradisional kuntau ini dibawa oleh para imigran yang datang dari Cina dan berprofesi diantaranya sebagai pedagang, buruh dan profesi lainnya. Mereka datang ke Palembang di saat berkuasanya Kesultanan Palembang Darussalam. Ada juga yang berpendapat bahwa seni bela diri tradisional kuntau, awalnya dibawa ke Asia oleh para wali atau ulama besar dari Timur Tengah.

Secara harfiah seni bela diri tradisional kuntau berasal dari kata kûn-thâu (bahasa Hokkien) yang berarti “jalan kepalan” atau lebih tepatnya diterjemahkan sebagai “pertempuran seni” yaitu seni bela diri yang diciptakan oleh komunitas Tionghoa di Asia Tenggara, khususnya di daerah Kepulauan Melayu. Ada juga yang menganggap kuntau berasal dari perkataan “Kun” yang memiliki arti “Jadi” dan “Tau” yang memiliki arti isyarat.

Sementara ciri khas pakaian yang digunakan untuk berlatih seni bela diri tradisional kuntau adalah dengan memakai pakaian berwarna serba hitam mulai dari baju, celana panjang sampai ikat kepala.

Seni bela diri tradisional kuntau yang terkenal di wilayah Provinsi Sumsel diantaranya, kuntau sebalik yang berasal dari desa Sebalik, Tanjung Lago, Banyuasin. Kuntau pisau due yang berasal dari Suku Semende.

Di Empat Lawang, seni bela diri tradisional kuntau merupakan ilmu bela diri yang menjadikan salah satu kebudayaan dalam mempererat tali persaudaraan, membela dan menjaga diri dari serangan musuh.

Selain di Sumsel, seni bela diri tradisional kuntau juga ditemukan di tanah Kalimantan (khususnya Kalimantan Selatan) maupun luar negeri seperti negara Filipina, Malaysia dan Singapura. Di Filipina sendiri, seni bela diri tradisional ini disebut dengan nama Kuntao.

Dalam perkembangannya, seni bela diri tradisional kuntau disesuaikan dengan budaya lokal yang terdapat di sekitar. Banyak teknik seni bela diri tradisional kuntau yang memasukan unsur dari teknik seni bela diri silat atau gabungan antara kuntau dengan silat. Bahkan ada yang menyebut gabungan seni bela diri tersebut dengan istilah Kuntau-Silat.

Di daerah lain juga terdapat seni bela diri tradisional yang mirip dengan Kuntau, tetapi memiliki nama yang lain seperti Kun Tao Lo Ban Teng yang dikembangkan oleh Siauw Gok Bu Koan (Betawi).

Saat ini perkembangan seni bela diri tradisional kuntau sangat memprihatinkan. Seni bela diri kuntau mulai redup dan rata-rata hanya digemari oleh kalangan orang tua. Jarang pertunjukan di muka umum maupun pada acara seremonial, tradisi silat kuntau dipertunjukkan.  

Seni bela diri tradisional kuntau, sekarang ini hanya sebatas peninggalan leluhur dan mereka tidak pernah tahu jurus atau teknik seni bela diri tradisional kuntau yang ditinggalkan orang tua maupun kakeknya yang dalam sejarahnya menjadi “jawara” seni bela diri tradisional kuntau di daerahnya.

Sebagai pecinta budaya luhur di negeri ini, sudah selayaknya kita menyelamatkan seni bela diri tradisional kuntau sebagai peninggalan yang adiluhung atau seni budaya yang bernilai dari kepunahan.

Jika masih ditemukan seorang pendekar seni bela diri tradisional kuntau, sudah selayaknya ilmu seni bela diri tradisional yang dikuasai itu diajarkan kepada generasi muda dengan berbagai cara maupun dalam bentuk apapun.

 

Penulis : Noperman Subhi

Editor : Budiyansyah



Tinggalkan Komentar Anda


Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *



0 Komentar

Sumsel Maju
Maroko
Top