Bendera Merah Putih Berlumur Darah
Karya : Tarech Rasyid
Bendera merah putih berlumur darah
Menutupi dadanya yang ditembus peluru penjajah
Ia merangkak di atas tanah yang dicintainya
Tak kuasa lagi lelaki gagah itu berdiri tegak
Ia tersenyum melihat markas serdadu Belanda hancur
Dihantam lemparan granat mortirnya yang terakhir
Dan menyelamatkan rekannya yang telah terkepung.
Ditengah desingan peluru dan kobaran api
Tiga pemuda sahabatnya membopong tubuhnya menuju daerah pertanahan.
Dan di atas tanah yang dibelanya
Dibatasi darah segar
Yang menetes deras dari bendera merah putih
Yang didekapnya erat menutupi luka menganga
Rasa perih yang sangat ditahannya sekuat tenaga
Matanya sirah bagaikan saga menatap langit
Dari mulutnya terdengar suara lamat-lamat :
Allahuakbar
Allahuakbar
Allahuakbar
Saat tiba di bunker yang dikelilingi tumpukan pasir
Tiga pemuda sahabatnya merebahkan tubuh lelaki itu
Disongsong juru rawat yang mencangking ransel
Ingin memulihkan luka-luka di tubuh lelaki itu
Kala bendera merah putih berlumur darah mau diambil
Lelaki itu menahannya dan berkata lirih :
Biarkan bendera itu berada dalam pelukanku
Ia akan ku bawa ke liang lahat
Bila maut menjemputku.
Perang 5 hari 5 malam
Demi memertahankan Ibu Pertiwi
Dari tentakel penjajah.
Merah putih dan Ibu Pertiwi adalah jiwa kita
Ia adalah martabat kita
Ia adalah kehormatan kita
Ia adalah warisan kita
Ia adalah warisan generasi mendatang.
Malam telah dibenam sepi
Fajar perlahan merangkak
Lelaki itu kembali berkata :
“Wahai. Juru rawat, Kau dengarkah suara azan subuh? Pertanda fajar sebentar lagi bakal terbit.
Tugas Izrail pun usai sudah, Sembahyangilah aku.
Wahai, Ibu Pertiwi,
Aku merindukan tidur di pangkuan mu selamanya
Bersama Bendera Merah Putih Berlumur darah.
Palembang, 15 Agustus 2020