Musi Online | Prabowo Direncanakan Bertemu Megawati, Bahlil Sebut Ini Tradisi Politik yang Patut Dijaga
Adha
Home        Berita        Nasional

Prabowo Direncanakan Bertemu Megawati, Bahlil Sebut Ini Tradisi Politik yang Patut Dijaga

Musi Online
https://musionline.co.id 10 May 2025 @20:12
Prabowo Direncanakan Bertemu Megawati, Bahlil Sebut Ini Tradisi Politik yang Patut Dijaga
Prabowo Direncanakan Bertemu Megawati, Bahlil Sebut Ini Tradisi Politik yang Patut Dijaga.

Musionline.co.id, Jakarta — Presiden terpilih Republik Indonesia 2024-2029, Prabowo Subianto, dikabarkan tengah merencanakan pertemuan dengan Ketua Umum PDI-Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. 
Rencana pertemuan dua tokoh besar ini pun menuai tanggapan beragam dari kalangan elite politik, termasuk Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia.
Dalam pernyataannya kepada media usai melakukan kunjungan ke Pondok Pesantren Bumi Sholawat di Sidoarjo, Jawa Timur, Bahlil menyampaikan pandangannya bahwa pertemuan antara Prabowo dan Megawati merupakan tradisi politik yang sangat positif dan perlu dilestarikan.
"Pertemuan antar tokoh bangsa seyogianya memang perlu dilakukan. Itu hal baik," kata Bahlil, Sabtu (10/5/2025).
Bahlil yang juga Menteri Investasi Indonesia menekankan bahwa budaya berdialog lintas partai dan tokoh merupakan kebiasaan baik yang membentuk fondasi kuat bagi keberlanjutan pembangunan bangsa.
"Saya melihat, ketika Presiden Prabowo bertemu dengan Ibu Megawati atau tokoh-tokoh bangsa lainnya, itu bukan hanya silaturahmi biasa. Itu langkah strategis membangun konsensus kebangsaan," tambah Bahlil.
Hubungan Prabowo dan Megawati memiliki catatan panjang dalam sejarah politik Indonesia. 
Setelah Pemilu 2009, keduanya sempat menjalin kerja sama politik dengan mencalonkan pasangan Megawati–Prabowo sebagai Capres-Cawapres. 
Meski kala itu gagal, hubungan keduanya tetap menarik perhatian publik dari waktu ke waktu.
Hubungan keduanya juga kembali mencair menjelang Pemilu 2019, ketika Prabowo mendatangi kediaman Megawati di Teuku Umar pasca pertarungan politik yang keras. 
Kala itu, keduanya duduk semeja menikmati nasi goreng khas buatan Megawati. 
Dari sinilah muncul istilah ‘nasi goreng Megawati’ yang kemudian menjadi simbol kedekatan emosional dan politik antara keduanya.
Prabowo Masih 'Kangen' Nasi Goreng Megawati
Isyarat akan kembali terjalinnya pertemuan hangat antara keduanya kembali mencuat saat Megawati memberikan pidato dalam ajang Trisakti Tourism Award 2025 yang digelar di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (8/5/2025).
Dalam kelakar politik yang sarat makna, Megawati menyebut bahwa Prabowo hingga kini masih merindukan nasi goreng buatannya. 
Pidato itu sontak disambut tawa hadirin dan ramai menjadi perbincangan di media sosial.
Kelakar Megawati itu ternyata bukan isapan jempol belaka. 
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Prasetyo Hadi, mengonfirmasi bahwa Presiden Prabowo memang masih menyimpan rasa rindu terhadap momen santai bersama Megawati.
"Betul, rasa kangen itu memang ada. Tapi kemarin saat pertemuan terakhir, Alhamdulillah sudah sempat bertemu beliau berdua," kata Prasetyo kepada media.
Pernyataan tersebut memberikan sinyal kuat bahwa pertemuan antara Presiden Prabowo dan Megawati bukan sekadar rencana, tetapi sedang dalam proses pengaturan waktu yang tepat.
Makna Strategis di Balik Pertemuan Dua Tokoh Bangsa
Pertemuan antara Prabowo dan Megawati bukan hanya menyentuh aspek emosional dan nostalgia pribadi, tetapi juga memiliki dimensi strategis dalam peta politik nasional. 
Sebagai dua tokoh sentral dalam perpolitikan Indonesia, komunikasi di antara keduanya dinilai mampu meredam potensi polarisasi serta membuka ruang kolaborasi dalam menyongsong pemerintahan ke depan.
Beberapa analis politik menilai, jika pertemuan itu benar terjadi, bukan tidak mungkin akan memuluskan jalan koalisi yang lebih luas antara Partai Gerindra dan PDI-Perjuangan. 
Meski di Pilpres 2024 lalu keduanya berada di kubu berbeda, namun semangat gotong royong dan kepentingan bangsa di atas segalanya bisa menjadi titik temu.
Bahlil: Ini Warisan Politik Konstruktif
Bahlil Lahadalia yang selama ini dikenal sebagai figur muda dalam peta perpolitikan nasional, memandang pertemuan ini dalam perspektif jangka panjang. 
Ia menyebut bahwa Indonesia membutuhkan kultur politik yang dewasa, terbuka, dan tidak terjebak pada sekat-sekat ideologis maupun partisan.
"Pertemuan semacam ini adalah warisan budaya politik yang konstruktif. Kita perlu menjaga dan menghidupkannya kembali. Presiden Prabowo sedang menunjukkan bahwa kepemimpinannya adalah untuk semua, bukan hanya untuk koalisi semata," ujarnya.
Lebih lanjut, Bahlil menyampaikan keyakinannya bahwa komunikasi politik yang sehat dapat mempercepat proses rekonsiliasi nasional serta menghadirkan stabilitas yang dibutuhkan untuk menjalankan program pembangunan lima tahun ke depan.
Pertemuan antara Prabowo dan Megawati, bila benar terjadi dalam waktu dekat, akan menjadi simbol kuat bahwa demokrasi Indonesia sedang menuju arah yang lebih matang. 
Jembatan politik antar kubu bukan berarti kompromi atas prinsip, melainkan wujud dari semangat musyawarah yang menjadi nilai luhur bangsa.
Sebagaimana yang pernah ditegaskan Prabowo dalam beberapa pidato pasca kemenangannya di Pilpres 2024, ia berkomitmen untuk merangkul semua kekuatan politik demi membangun Indonesia Emas 2045.
"Kami akan membentuk pemerintahan inklusif, yang mengakomodasi semua pihak yang memiliki niat baik untuk membangun negeri ini bersama," demikian pernyataan Prabowo beberapa waktu lalu.
Spekulasi pun merebak, apakah pertemuan ini juga membuka peluang bagi PDI-Perjuangan untuk bergabung ke dalam koalisi pemerintahan. 
Sejumlah pengamat menyebutkan, peluang tersebut ada, mengingat rekam jejak dan pengaruh Megawati yang masih sangat kuat, terutama di parlemen.
Namun, sejumlah elite PDI-P sebelumnya telah menyatakan bahwa partai banteng bermoncong putih itu memilih berada di luar pemerintahan, mengingat posisinya sebagai oposisi yang akan menjalankan fungsi checks and balances.
Pertemuan Prabowo–Megawati bisa menjadi titik balik dari pilihan sikap tersebut, atau justru menjadi bentuk silaturahmi politik tanpa embel-embel kekuasaan.
Kita sebagai bangsa menyambut baik segala bentuk dialog dan silaturahmi antar pemimpin nasional. 
Pertemuan Prabowo dan Megawati — dua tokoh yang pernah berada di jalur berbeda — merupakan contoh bahwa politik tidak selalu tentang menang atau kalah, tetapi bagaimana memikirkan dan mengusahakan yang terbaik untuk Indonesia.
Bahlil Lahadalia mungkin benar. Kebiasaan ini harus terus dilestarikan. Agar politik kita tidak kehilangan esensinya: membangun bangsa, bukan sekadar meraih kekuasaan. (***)



Tinggalkan Komentar Anda


Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *



0 Komentar

Maroko
Top