Musi Online | Elon Musk Mundur dari Pemerintahan AS, Hubungan dengan Trump Retak Gara-Gara RUU Pengeluaran
Hut sumsel
Home        Berita        Nasional

Elon Musk Mundur dari Pemerintahan AS, Hubungan dengan Trump Retak Gara-Gara RUU Pengeluaran

Musi Online
https://musionline.co.id 29 May 2025 @17:11
Elon Musk Mundur dari Pemerintahan AS, Hubungan dengan Trump Retak Gara-Gara RUU Pengeluaran
Elon Musk Mundur dari Pemerintahan AS, Hubungan dengan Trump Retak Gara-Gara RUU Pengeluaran.

Musionline.co.id – Dunia politik dan bisnis Amerika Serikat dikejutkan dengan pengumuman pengunduran diri Elon Musk dari jabatannya sebagai Pegawai Pemerintah Khusus yang menangani efisiensi pengeluaran federal. 
Langkah itu disebut-sebut sebagai klimaks dari ketegangan yang selama ini tersembunyi antara Musk dan Presiden Donald Trump, khususnya terkait perbedaan pandangan mengenai kebijakan fiskal.
Musk, yang selama ini dikenal sebagai sekutu kuat Presiden Trump, bahkan turut menyumbang hampir USD 250 juta untuk kampanye pemilihan ulang Trump pada 2024. 
Namun, hubungan keduanya mendadak merenggang akibat keberatan Musk terhadap rancangan undang-undang pengeluaran besar-besaran yang diajukan Gedung Putih.
“Karena masa jabatan saya sebagai Pegawai Pemerintah Khusus akan segera berakhir, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Presiden Trump atas kesempatan untuk mengurangi pemborosan pengeluaran,” tulis Musk dalam pernyataan di akun media sosial X miliknya, mengutip AFP.
Ia menambahkan bahwa meskipun masa jabatannya telah berakhir, "misi DOGE akan terus berkembang sebagai cara hidup di pemerintahan." DOGE atau Department of Government Efficiency adalah lembaga khusus yang dibentuk oleh Trump pada awal 2025, dengan Musk sebagai pemimpinnya. 
Lembaga ini dibentuk dengan tujuan utama memangkas pemborosan anggaran negara dan menyederhanakan birokrasi federal.
Namun, misi ambisius itu kini berada dalam ketidakpastian.
Ketegangan dengan Trump Makin Terbuka
Perselisihan antara Musk dan Trump mulai muncul ke permukaan dalam beberapa pekan terakhir, tepatnya saat DPR menyetujui RUU bertajuk “One Big, Beautiful Bill Act.” 
RUU ini digagas langsung oleh Trump sebagai bagian dari agenda fiskalnya untuk periode kedua masa jabatannya. 
Namun menurut Musk, isi RUU tersebut justru bertentangan dengan semangat efisiensi yang dijalankan oleh DOGE.
“Alih-alih mengurangi pengeluaran, RUU ini justru membengkakkan defisit dan menghambat pekerjaan DOGE,” kata Musk dalam wawancara dengan CBS News. 
Musk memperkirakan bahwa jika disahkan, RUU tersebut akan menambah defisit anggaran hingga USD 4 triliun dalam satu dekade ke depan.
Sindiran tajam pun dilontarkan Musk kepada Trump dengan mengatakan, “RUU bisa besar, atau bisa indah. Tapi saya tidak yakin bisa keduanya.” 
Kalimat itu dianggap banyak pengamat sebagai bentuk protes halus namun jelas kepada sang Presiden.
Menanggapi itu, Gedung Putih tidak memberikan pernyataan langsung. 
Namun Wakil Kepala Staf Trump, Stephen Miller, mencoba meredam ketegangan dengan menyebut bahwa RUU tersebut tidak termasuk dalam anggaran tahunan, dan bahwa pembahasan efisiensi tetap akan dilakukan di jalur legislatif terpisah.
Namun dari kacamata publik dan pengamat politik, perbedaan ini tak bisa dianggap enteng. 
Musk dan Trump—dua tokoh berpengaruh dengan basis pendukung yang tumpang tindih—tampaknya tengah menapaki jalur yang semakin menjauh.
Dengan mundurnya Elon Musk dari jabatan resmi, masa depan DOGE pun kini menjadi tanda tanya besar. 
Beberapa analis menilai bahwa DOGE bisa saja dibubarkan atau dirombak total, tergantung pada bagaimana Senat menyikapi RUU andalan Presiden Trump.
DOGE selama ini digadang sebagai solusi atas tumpukan permasalahan birokrasi federal. 
Namun dalam wawancara dengan Washington Post, Musk mengakui bahwa dirinya terlalu meremehkan kerumitan struktur pemerintahan.
“Birokrasi federal terlalu kaku dan jauh lebih sulit ditangani dibanding perkiraan saya,” ujarnya dari fasilitas peluncuran SpaceX di Texas.
Musk juga merasa DOGE telah dijadikan kambing hitam atas berbagai masalah struktural, bahkan pada hal-hal yang tak ada dalam lingkup tugas lembaga tersebut.
“DOGE hanya jadi sasaran kritik atas hal-hal yang bahkan tidak kami tangani,” tambahnya.
Fokus Kembali ke Tesla dan SpaceX
Selain ketegangan politik, faktor tekanan publik dan kerusakan citra bisnis juga turut mendorong keputusan Musk untuk menarik diri dari panggung pemerintahan. 
Dalam beberapa bulan terakhir, dealer-dealer Tesla di berbagai kota menjadi sasaran aksi protes. 
Bahkan, sejumlah unit mobil Tesla dilaporkan dibakar oleh kelompok demonstran.
“Orang-orang membakar Tesla. Mengapa melakukan itu? Itu tidak baik,” keluh Musk dalam unggahan di X.
Tak hanya Tesla yang terpukul. Perusahaan antariksa milik Musk, SpaceX, juga tengah menghadapi tantangan besar. 
Proyek ambisius mereka untuk menjelajah Mars kembali mengalami kemunduran setelah prototipe terbaru Starship meledak di atas Samudra Hindia dalam uji coba pada Selasa lalu.
Melihat semua tekanan itu, Musk akhirnya memilih untuk memfokuskan energi dan perhatiannya pada dua perusahaan utamanya.
Keputusan ini juga dinilai sebagai langkah realistis untuk menjaga stabilitas merek dan kredibilitas investor.
Masa Depan Politik Musk: Titik Jeda atau Titik Balik?
Pengunduran diri Elon Musk dari pemerintahan ini menimbulkan spekulasi luas: Apakah ini menjadi akhir dari keterlibatan Musk dalam dunia politik? Atau justru awal dari babak baru di mana ia akan mengambil peran lebih besar di luar lingkar kekuasaan formal?
Dalam pernyataannya, Musk mengisyaratkan bahwa dirinya tak lagi akan terlibat dalam pengeluaran politik berskala besar.
Namun, mengingat rekam jejaknya yang penuh kejutan, tidak sedikit yang percaya bahwa peran Musk dalam politik belum benar-benar berakhir.
Musk tetap memiliki pengaruh kuat di kalangan konservatif, libertarian, dan bahkan kelompok independen yang mengagumi pendekatan visionernya. 
Dengan aset, jaringan, dan platform komunikasi seperti X, Musk tetap menjadi aktor politik yang tidak bisa diabaikan.
Kasus pengunduran diri Elon Musk ini menampilkan potret rumit dari relasi antara dunia bisnis, politik, dan idealisme.
Ketika visi efisiensi berbenturan dengan kepentingan anggaran populis, bahkan tokoh sekelas Elon Musk pun harus mengambil langkah mundur.
Sementara itu, publik Amerika kini menunggu: apakah DOGE akan diteruskan tanpa Musk? Apakah Trump akan menunjuk pengganti yang sepadan?. 
Dan yang paling penting, apakah kebijakan fiskal AS akan benar-benar berpihak pada efisiensi, atau justru kembali ke pola pengeluaran besar yang rawan kritik?. (***)



Tinggalkan Komentar Anda


Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *



0 Komentar

Maroko
Top