Musi Online https://musionline.co.id 16 May 2025 @20:11 95 x dibaca 
Kasus Pembunuhan Sopir di Tol Kayuagung Terungkap: Pelaku adalah Kernet Sendiri, Sempat Kabur hingga ke Jambi
Musionline.co.id, Kayuagung — Misteri penemuan mayat seorang pria di bawah Jembatan Tol Kayuagung KM 326 pada Minggu, 11 Mei 2025, akhirnya terungkap.
Kepolisian Resor Ogan Komering Ilir (Polres OKI) menyatakan bahwa korban bernama Paradila Sandi (39), seorang sopir truk asal Riau, menjadi korban pembunuhan oleh orang yang sangat dekat dengannya — yaitu kernet truknya sendiri berinisial DS (37).
Pengungkapan ini disampaikan langsung oleh Kapolres OKI, AKBP Eko Rubiyanto, dalam konferensi pers di Mapolres OKI, Kamis, 15 Mei 2025.
Dalam keterangannya, Kapolres menjelaskan bahwa pelaku nekat menghabisi nyawa korban lantaran sakit hati karena kerap dimarahi dan dihina oleh korban.
“Motif pelaku karena sakit hati. Korban kerap memarahi pelaku bahkan sampai menghina. Itu yang membuat pelaku naik pitam dan akhirnya membunuh korban,” ungkap AKBP Eko Rubiyanto didampingi Wakapolres Kompol I Putu Suryawan dan Kasat Reskrim Iptu Rio Trisno.
Pelaku membunuh korban menggunakan sebatang besi sepanjang 40 cm.
Besi tersebut dipukulkan tiga kali ke tubuh korban: tepat di pipi kanan, bagian belakang kepala, dan punggung.
Usai menghabisi nyawa sang sopir, DS kemudian membuang jasadnya di bawah jembatan tol, lalu meninggalkan truk Fuso warna hijau dengan nomor polisi BM 9259 FU di KM 329 Tol Palembang–Kayuagung dan melarikan diri.
Setelah membuang jasad korban, DS memutuskan untuk kabur dan sempat melarikan diri ke Palembang.
Ia berusaha menumpang kendaraan secara acak hingga bermalam di salah satu rest area.
Namun upaya pelarian itu berakhir setelah polisi berhasil melacak dan menangkapnya di rumah ayah tirinya di Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, pada Kamis dini hari, sekitar pukul 02.00 WIB.
Pelaku kemudian dibawa ke Mapolres OKI untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dalam konferensi pers tersebut, DS tak kuasa menahan tangis saat menjelaskan perlakuan buruk yang diterimanya dari korban. Ia merasa sering disalahkan, dihina, dan tidak pernah dianggap benar.
“Saya dihina. Dibilang pekak, dibilang kotor. Saya selalu merasa salah di matanya,” ujar DS sambil menangis.
Ia juga mengaku baru satu minggu bekerja bersama korban dan mengemudi truk secara bersama-sama.
DS menjelaskan bahwa setelah membuang mayat korban, ia berjalan sejauh 1 km dan menumpang mobil yang sedang berhenti di jalan tol.
Ia sempat mencoba mencari pekerjaan di Palembang, bahkan menjual handphone-nya untuk bertahan hidup.
Namun karena merasa terpojok dan takut tertangkap di jalanan, ia akhirnya kembali ke Jambi — tempat terakhirnya sebelum ditangkap polisi.
Sebelumnya, sosok mayat korban ditemukan oleh Alek Ruslan (40), seorang warga yang sedang mencari telur semut untuk pakan burung di bawah jembatan tol.
Saat melintas, Alek mendapati tubuh pria tergeletak tanpa nyawa dan segera melapor ke ketua RT setempat.
Polisi yang datang ke lokasi segera melakukan evakuasi bersama tim Inafis dan membawa jenazah ke RSUD Kayuagung untuk divisum.
Hasil pemeriksaan menunjukkan luka-luka di wajah, kepala, dan punggung korban, sesuai dengan pengakuan pelaku.
Pihak keluarga korban yang datang menjemput jenazah menolak dilakukan autopsi dan telah membuat surat pernyataan.
Barang bukti yang ditemukan di lokasi antara lain: sebuah cutter hitam, sarung bantal, handuk kecil, sweater hitam, serta dua helai baju warna hitam dan putih.
Dari truk yang ditinggalkan pelaku, polisi juga menemukan bercak darah di kursi penumpang dan kasur belakang.
Atas perbuatannya, DS kini dijerat dengan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, atau pasal-pasal alternatif lainnya seperti Pasal 353 ayat (3) atau Pasal 351 ayat (3) tentang penganiayaan yang menyebabkan kematian.
Kasus ini menjadi peringatan keras bagi masyarakat agar tidak menyepelekan konflik personal di lingkungan kerja. Sakit hati yang dipendam tanpa penyelesaian bisa berujung pada tragedi. (***)
0 Komentar