Musi Online | Bidar Sebuah Seni Dayung Tradisional Palembang
Home        Berita        Ruang Seni Budaya

Bidar Sebuah Seni Dayung Tradisional Palembang

Musi Online
https://musionline.co.id 09 June 2022 @10:16 1284 x dibaca
Bidar Sebuah Seni Dayung Tradisional Palembang

*Menuju Fornas VI Sumsel Juli 2022

Musionline.co.id - Ingatkah kita, pada setiap perayaan HUT Kota Palembang, perlombaan apa yang ditunggu-tunggu masyarakat dan menarik perhatian banyak orang dari atas jembatan Ampera atau tepi sungai Musi?

Masyakat tak lain hanya ingin menyaksikan perlombaan perahu bidar yang tentunya memiliki daya tarik kerinduan uwong kito (masyarakat Palembang) dan merupakan eksistensi bagi Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Dahulu, biasanya setiap tanggal 17 Juni diadakan lomba perahu bidar di sungai Musi sebagai daya tarik memperingati HUT Kota Palembang ini.

Perahu bidar yang mengikuti lomba memiliki panjang 12,7 meter, lebar 1,3 meter dan tinggi 60 cm. Jika pada HUT Republik Indonesia, biasanya peserta lomba menggunakan perahu bidar dengan ukuran lebih besar. Panjang 29 meter, lebar 1,5 meter dan tinggi 80 cm dengan berbagai ornamen daya tarik, seperti bentuk naga dan lain sebagainya. Perahu bidar tradisional ini membutuhkan 55 orang pendayung ssbagai penggerak.

Berdasarkan catatan literasi, bidar merupakan seni dayung tradisional Kota Palembang singkatan dari Biduk Lancar. Biduk sendiri berarti perahu berbentuk kecil dan hanya muat untuk satu orang.

Sebenarnya, tidak ada yang tahu pasti kapan pertamakali munculnya lomba perahu bidar. Konon, lomba perahu bidar bermula dari perlombaan dua pemuda bernama Kemala Negara dan Dewa Jaya.

Selain itu, perlombaan ini sudah ada sekitar tahun 1898, saat perayaan ulang tahun Ratu Belanda Wilhelmina. Bukan hanya digelar ketika memperingati hari ulang tahun sang Ratu, juga dilakukan saat pesta yang digelar para pejabat pemerintah Belanda.

Beberapa ahli sejarah lainnya menyebut, bahwa lomba perahu bidar bermula pada masa Kerajaan Sriwijaya atau Kesultanan Palembang Darussalam. Pada saat itu, bidar disebut sebagai 'kendaraan perang' yang berpatroli di Sungai Musi untuk menjaga keamanan Palembang. Untuk mengingat eksistensinya, maka dibuat lomba perahu bidar mulai masa Kesultanan Darussalam hingga sekarang.

Menariknya, bidar tidak hanya lekat dengan perlombaan, juga kisah mistis yang mengiringinya. Salah satunya adalah tentang buaya Pemulutan yang selalu mendorong bidar.

Konon, jika pendayung lomba perahu bidar adalah orang Pemulutan, besar kemungkinan dia akan menang karena bantuan buaya.

Pada zaman dahulu kala, perahu ini hanya bisa dinaiki oleh satu orang saja. Akan tetapi, pada perlombaan sekarang, satu perahu dapat didayung oleh puluhan orang, yang memiliki peran dan tugas masing-masing.

Orang yang berada di posisi paling tengah perahu disebut sebagai jurangan, atau pawang bidar. Ia akan berdiri di sepanjang pertandingan dan akan mengatur kekompakan dan mengawasi gerak gerik musuh.

Tak kalah penting adalah juru batu yang berada di bagian depan perahu. Ia berfungsi sebagai pengatur dan memberi komando kepada rekan-rekannya. Kemudian, ada pendayung di bagian depan, dan di bagian belakang disebut kemudi yang bertugas untuk meluruskan jalan.

Pendayung di bagian tengah disebut Penarik, yang berfungsi melihat pergerakan lawan. Selain pendayung, terdapat seorang penimba yang bertugas membuang air yang masuk ke dalam bidar.

Terlepas dari cerita mistis dan sejarah yang konon katanya, Bidar memiliki daya tarik tersendiri dan merupakan eksistensi seni dan budaya Palembang, Provinsi Sumsel. Bidarpun terus eksis hingga sekarang dan terus dilombakan.

Kini, saat menjadi tuan rumah Festival Olahraga Rekreasi Masyarakat Nasional (Fornas) VI pada tanggal 1-7 Juli 2022. Bidar khas Palembang akan turut dilombakan.

Ingin menyaksikan ketangguhan seni mendayung dari para peserta dan keberagaman perahu bidar?

Datang ke Fornas VI dan rasakan kearifan budaya, keindahan alam serta keramahan masyarakat Sumsel. (***/berbagai sumber)






 



Tinggalkan Komentar Anda


Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *



0 Komentar

Sumsel Maju
Maroko
Top