Musi Online | Mitigasi Resiko Covid-19 Sejak Dini Pada Anak melalui Small Bubbles Movement
Home        Berita        Ruang Seni Budaya

Mitigasi Resiko Covid-19 Sejak Dini Pada Anak melalui Small Bubbles Movement

Musi Online
https://musionline.co.id 20 March 2021 @12:15 607 x dibaca
Mitigasi Resiko Covid-19 Sejak Dini Pada Anak melalui Small Bubbles Movement

Oleh:

Najmah, Jovita Octa Meylinda, Yunita, Reza, Puji Lestari, Harpi Juanga dkk  
 
“Adik-adiknya sangat antusias sekali mengikuti pembelajaran, saya juga belajar bagaimana menjalin komunikasi yang efektif kepada anak-anak, dan yang pasti kegiatan ini sangat bermanfaat untuk mengisi waktu kami yang harus belajar dari rumah akibat pandemi dan menjadi lebih bermanfaat untuk sesama because Kindness is Free, “being volunteer is not paid; but creating happy space for kids is priceless”..” (Jovita, Wakil Gubernur BEM FKM Unsri)
 
 “Sebenarnya Small Bubbles (Gelembung-gelembung kecil) itu adalah upaya kami agar tetap bisa bergerak membuat kegiatan di Masyarakat tapi tidak malah menjadi penyebab semakin tersebarnya virus Corona”. Ujar Najmah, Dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya sekaligus Pembina English Study Club FKM Unsri dan Inisiator Kampung Pandai 13 Ulu, Palembang. Salah satu program dari Kampung Pandai 13 Ulu yang di gagasnya bersama TIM yakni PANGLING (Penyuluhan Keliling Anak) mendapat penghargaan Inovasi pelayanan publik dari Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tahun 2020(KEMENPAN RB). 
 
Jadi Konsepnya bagaimana program kegiatan tetap berjalan tapi di pecah-pecah ke dalam kelompok-kelompok kecil di setiap Desa yang terdapat Mahasiswa sukarelawan Kampung Pandai 13 Ulu. Dengan harapan skala yang kecil lebih memudahkan untuk penerapan protocol kesehatan. Karena sebagaimana Ide awal rancang bangunnya, English Camps Kampung Pandai 13 Ulu bukanlah  kegiatan yang mengajarkan Bahasa Inggris semata, melainkan sedapat mungkin kita membantu program pemerintah agar bisa masuk dan sejalan dengan kurikulum yang kami rancang. 
 
Oleh karenanya dalam English Camps kami juga mengajarkan bagaimana berprilaku hidup sehat pada anak, pendidikan kesehatan reproduksi di usia dini, dan tentu saja bagaimana mencegah dan menanggulangi penyebaran virus Covid-19. Kegiatan ini sendiri melalui beberapa Tahapan yang akan kami ceritakan lebih lanjut. 
 
Dokumentasi bersama
 
Tahap pertama: Menulis Modul English Camps
 
Kegiatan English Camps melalui Small Bubbles dimulai dengan merancang kurikulum dan merangkumnya menjadi sebuah Buku Ajar, sebagaiman English Camps periode pertama. Oleh karenanya pada tahap ini dibentuklah Tim yang memiliki kemampuan dan juga kemauan untuk berbagi ilmu yang di miliki secara sukarela. Nama-nama seperti Erlita Aisyah (PNS di lingkungan BKKBN Palembang), Happy Mira Jordanti (Mahasiswa FKM UNSRI) serta Herlina, Spd (Ibu rumah tangga dan sekaligus Enterpreneur) adalah TIM yang menggawangi tugas mulia Tahap ke Dua ini. 
 
Setelah di putuskan Tema yang di angkat untuk kegiatan ini maka TIM penulis memulai kerja panjang mereka. Karena merancang sebuah Buku Bahasa Inggris dengan sangat menarik dan mudah di pahami sambil memasukan pesan yang ingin di capai tidaklah mudah, kerja ini berlangsung dari bulan Juli sampai Agustus 2020. Tema yang di angkat adalah CORONA GO AWAY, yang juga menjadi Tema besar English CAMPs melalui Small Bubbles ini.
 
Sumber: Dokumentasi Najmah
 
Tahap kedua: Perekruitan tim sukarelawan dan Pilot Projek
 
Ini adalah Tahapan yang sangat penting, karena untuk bisa bergerak dengan cluster yang banyak maka perlu Sukarelawan yang banyak pula. Dan itu tidak mudah di tengah Pandemi Covid-19 yang telah menyebar selama Enam bulan di Indonesia pada saat itu. 
 
Ketakutan penularan Covid-19 masih sangat tinggi. Apalagi kegiatan ini tidak menyediakan imbalan apapun untuk sukarelawannya. Tapi dengan niat yang ikhlas dan kerja keras Tim yang langsung di koordinir oleh Ketua ESC ( English Study Club) FKM UNSRI periode 2020, Nadia Mulya Pratiwi, maka sukarelawan-sukarelawan muda para Mahasiswa yang energik dan Ikhlas pun satu persatu bergabung, dari awalnya dua Orang Mahasiswa bertambah hingga 15 Orang Mahasiswa bersedia dengan penuh dedikasi menjadi Sukarelawan. “Kindness is free” atau Kebaikan itu gratis adalah semboyan yang menjadi ruh kegiatan ini.
 
Oktober-November 2020, Kita mulai kelas pilot projek untuk 5 sukarelawan pertama yang bergerak di Palembang, Lampung, Inderalaya, dan Muara Enim. Setiap tim selalu diingatkan, peraturan dasar: Pertama, Jika anak dari luar kota, tidak boleh ikut kegiatan English camps selama 14 hari. Kedua, Jika anak batuk, pilek dan demam, harus beristirahat dirumah saja. Dan yang ke tiga, Wajib membawa masker dan/atau Pelindung wajah.
 
Setelah pilot projek selesai dan 30 anak-anak di  masing-masing Bubble tidak ada permasalahan kesehatan yang signifikan, kami melanjutkan kelas selanjutnya pada 10 sukarelawan yang bergerak di Inderalaya, Ogan Ilir, Betung, Lubuk Linggau, Musi Banyuasin, Jambi dan yang terjauh di Jawa Barat pada bulan Desember 2020 hingga Januari 2021 dengan total peserta 200 anak usia Sekolah Dasar. 
 
Kegiatan diadakan 1-2 x dalam 1 minggu dan disesuaikan dengan keluangan para sukarelawan masing-masing. Alhamdulillah semua sukarelawan yang kesemuanya perempuan dan anak-anak didiknya sehat walfafiat.
 
Sumber: Instagram BO ESC FKM UNSRI (@escfkmunsri)

Tahap ketiga: Belajar dari "Small Bubble Movement"
 
1) Bekerjasama dengan teman mahasiswa hingga ibu-ibu di lingkungan terdekat
 
Awalnya ada beberapa bubble, mengajar anak-anak sendiri. Tim pun menawarkan dengan teman-teman disekitar rumah yang juga mahasiswa untuk ikut terlibat dalam kegiatan ini. Ada tim yang melibatkan orang tua dari peserta English camps untuk turut membantu. Partisipasi dan aksi bersama ini sangat membantu gerakan sosial dan pendidikan ini, karena anak-anak sudah terbiasa berinteraksi dengan teman-teman disekitar mereka pada libur sekolah yang sangat panjang (hampir satu tahun), untuk mengurangi resiko terpapar Covid-19. 
 
Seperti semboyan dari sebuah Klub Sepak Bola, “ You Never Walk alone”, Kamu tidak pernah berjalan sendiri, pasti ada yang akan menemani  selama perjalananmu itu adalah untuk kebaikan dan kemanfaatan. Sebagaimana yang di alami oleh Tim di Bubble Reza, Inderalaya dan Puji Lestari di Gelumbang, awalnya mereka bergerak dengan satu kelompok, lalu bertambah menjadi dua kelompok, pada awal awal dimulai dengan 5 orang anak menjadi 10 hingga 15 anak yang dididik. Begitupun pada bubble Palembang, awalnya kita bergerak pada satu bubble, lalu menjadi tiga bubbles dengan melibatkan orang tua dari peserta English camps dan adek-adek dari Panti Asuhan, Al-Yamin untuk ikut mengajar. Rupanya selain Gratis, kebaikan itu juga bisa menular.
 
2) Belajar di halaman rumah (outdoor class)
 
Memulai untuk berinteraksi dengan anak-anak bukanlah hal yang mudah; apalagi dimasa pandemik dimana kita menghindari untuk berkerumun. Butuh keberanian dari setiap sukarelawan untuk berkata “Ok, aku ingin berbuat baik, aku akan menerapkan protokol kesehatan, aku akan bergerak di masa pandemi”. Panca roba, membuat anak-anak sangat mudah tertular batuk, flu dan pilek, namun antusias anak-anak belajar tetap ada, sehingga tugas tim untuk memininamlisir resiko yang ada. Segala cara dan ide kreatif di lakukan oleh para Sukarelawan di lapangan.
 
Sebagai contoh, Jovita, bubble Lampung dan Happy, Erni dan Andita, bubble Palembang dan Febbya, bubble Lubuk Linggau menawarkan alternatif untuk belajar diluar rumah dalam upayanya untuk memitigasi resiko Covid-19 pada anak-anak. Bella, bubble Inderalaya serta Harpi, bubble Jawa Barat, memilih belajar dirumah mereka dengan pintu dan jendela dibuka, sehingga aliran udara cukup terjaga-jaga. Sehingga belajar dikelas terbuka, seperti halaman rumah, tempat bermain anak, dan rumah dengan ventilasi yang baik, menjadi ragam pilihan para sukarelawan.
 
3) Saling mengingatkan antar anak-anak untuk menggunakan masker dan jaga jarak
 
“Menggunakan masker dan menjaga jarak merupakan salah satu hal yang masih susah diterapkan karena terkait kenyamanan belajar dan belum terbiasa” (Yunita, Banyuasin, Desember 2020)
 
Adakalanya anak-anak menurunkan masker mereka dan hanya mulut saja tertutup, hidung tidak. Disisi lain, anak-anak masih berinteraksi seperti biasa, bermain bersama dan tidak menjaga jarak. 
 
Yunita dan teman-teman sukarelawan berefleksi, tidak mudah untuk meminta anak-anak untuk menggunakan masker. Begitupun bubbles lainnya, observasi foto dan video dari tim, anak-anak seringkali melepaskan masker, karena alasan sulit bernafas. Sehingga, bagaimana kita orang dewasa perlu mengerti dunia anak, anak-anak tetap belajar dan kita memikirkan cara menanggulangi resiko yang ada. 
 
Setiap bubbles, anak-anak minimal mencuci tangan dan menggunakan handsanitizer 3x dalam satu kali pertemuan (90-120 menit); jika melepaskan masker, mereka duduk berjarak, mengajarkan bersin dan batuk dilengan dan sebagian sebaiknya tetap menggunakan masker. 
 
Salah satu anak bilang ketika ketemu kakak-kakanya, “na ado kakak, payo pake masker, saatnya English camps”. Pentingnya kesadaran sosial (Social Surveillance), anak-anak untuk mengingatkan pada English camps wajib menggunakan masker, memotivasi anak untuk membawa masker, menggunakannya, dan terkadang, jika mereka lupa, mereka malu dan pulang dulu ke rumah, untuk mengambil masker. Sering kali masker akan diletakkan di dagu mereka, tapi sebagian tetap mencoba memberi contoh penggunaan masker yang baik ke adek-adeknya.
 
4 ) Menyampaikan pesan kesehatan melalui gambar, lagu, tepuk yel-yel dan hingga dongeng keliling
 
Sementara lain lagi yang di lakukan Bubble Palembang di Kampung 13 Ulu sendiri. Metode yang kami gunakan adalah metode yang menyenangkan, gembira. Sehingga Imunitas anak-anak tetap terjaga dengan kegembiraan mereka, serta semangat untuk mengikuti semua program yang di rancang. Maka sepanjang aktivias belajar akan terdengar riuh dan gemuruh semangat anak-anak bernyanyi dan menriakan yel-yel.
 
Istimewanya kami juga memperkuat literasi anak terhadap wabah pandemi Covid-19 melalui sarana Dongeng yang kami lakukan dengan berkeliling mendatangi tempat-tempat yang biasa mereka berkumpul dan bermain. Kami menyebutnya Nge-Ling (Dongeng Keliling), nama yang sekaligus menjadi lelucon di antara kami kalau memang kegiatan ini benar-benar buat kita Ngeling (Menghitam- Bahasa tidak baku) karena kegiatannya yang di lakukan di Outdoor. Untuk Dongeng keliling sendiri kami bekerja sama dengan Kak Rahma, Guru SDIT Al Furqon dan jua pemenang dongeng anak tingkat nasional.
 
Sumber: Dokumentasi Happy Mira Jordanti
 
Refleksi dari 10 Bubbles English Camps di Sumatera Selatan dan sekitarnya
 
Pada Akhirnya tidak ada kerja sosial yang mudah, tidak ada kerja untuk kemanusiaan yang enteng, tetapi bukannya tidak bisa. Asal ada kemauan keras, keikhlasan tanpa mengharap semua kerja keras itu akan mendapat imbalan materi, maka setiap kita bisa memberikan kontribusi terbaik dari apa yang kita punya untuk Masyarakat lingkungan sekitar kita. 
 
Para Sukarelawan English Camps Tahap ke Dua di 10 Bubbles di Sumatera Selatan dan sekitarnya telah membuktikan itu. Meski di tengah Ancaman Pandemi Covid-19 yang menghantui, mereka tetap semangat dan penuh dedikasi melakukan tugas kemanusiaan mereka, memberikan pengajaran dengan metode terbaik kepada Anak-anak generasi penerus bangsa, cikal bakal pemimpin Indonesia di masa depan. Membuka wawasan mereka terhadap literasi dunia dengan mengajarkan Bahasa Inggris. 
 
Disamping itu juga mampu berkontribusi sebagai warga Negara yang baik membantu pemerintah dalam memerangi dan menanggulangi Pandemi ini. dan semuanya tidak memerlukan biaya atau dana yang besar, bahkan kami memulainya dengan nol rupiah.
 
Kita berharap Pandemi ini akan segera berakhir, dan  mungkin serangkaian kegiatan ini juga  telah di tutup. Namun semangat para sukarelawan dan peserta tidak akan pernah berakhir, ini akan menjadi energi positif yang terus bergerak dan hidup yang suatu waktu akan menjadi ledakan yang baik untuk bahan bakar semangat pembangunan di negeri ini. Untuk Indonesia yang lebih baik dari masa ke masa.
 
Tim penulis:

Najmah, Jovita Octa Meylinda, Yunita, Reza, Harpi Juanga, Rini Widyastuti,  Puji Lestari, Erni Wahyuni,  Happy Mira Jordanti,  Febbya Hannisyah, Vira Triasya, Bella Huspita,  Melina Teresa S,  Heradiana, Anandita Eka Putri,  Nadia Mulya Pratiwi, Nabila Khansa.

Instagram: Kampung Pandai 13 Ulu (@englishcamp_13ulu)
https://www.instagram.com/englishcamp_13ulu/
Email: najmah@fkm.unsri.ac.id



Tinggalkan Komentar Anda


Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *



1 Komentar

  • Dika
    Minggu, 20 March 2021 pukul 19:48 WIB

    Dika

    Komentar:

    Masyaallah kegiatan yang sangat bermanfaat dan menginspirasi, semangat menebar kebaikan✨

Sumsel Maju
Maroko
Top